Mengelola Sekolah

 


Pagi kupacu mobil menuju arah Jawa Timur. Dua hari libur Natal kumanfaatkan refreshing bareng keluarga. Kegiatan padat minggu-minggu sebelumnya dibayar dengan jalan-jalan bertajuk quality time with my family. Mobil berjalan menyusuri beton dan kadang aspal. Waktunya masuk kota Surabaya. Satu kata saya kagum dengan kota ini. Kota metropolitan Surabaya ini dipimpin oleh walikota perempuan bernama Tri Rismaharini. 

Risma sukses mengubah wajah Kota Surabaya dengan membangun sederet taman dan ruang terbuka hijau di pusat kota. Selain itu, perempuan berusia 55 tahun ini berhasil meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surabaya dari pertama kali menjabat, dari Rp 900 miliar menjadi Rp 4 triliun. Luar biasa bukan? Lebih hebat lagi statemen beliau, "Tapi itu saja enggak bisa cukup. Pendapatan sebanyak mungkin akan tidak menjadi efisien apabila tidak bermanfaat bagi masyarakatnya. Mengelola kota sekarang tidak sekedar hanya punya uang dan sebagainya. Saya harus pikirkan, kalau saya membangun sesuatu, bagaimana dampaknya untuk kota ini, dampak untuk warga yang lain. Makanya saya kalau membangun taman, selalu ada sentra PKL. Tidak ada taman yang saya bangun, tidak ada sentra PKL," kata Risma dalam paparannya pada acara OJK Performance Festival di Gedung OJK, Jakarta. 

Risma juga melakukan efisiensi dalam menggunakan anggaran. Ia menuturkan, telah membangun jalan baru sepanjang 375 km tanpa menggunakan anggaran dari APBN maupun Provinsi. Tak hanya itu, Risma juga berhasil menata kota lebih baik dengan memindahkan sejumlah kampung tanpa adanya gejolak dari masyarakat, termasuk penutupan lokalisasi gang dolly beberapa tahun yang lalu. "Kenapa mereka mau? Karena yang kami ganti bukan ganti rugi, tapi ganti untung. Tanaman pun kita ganti rugi. Apapun yang mereka invest ke situ sampai pagar dan septictank itu kita ganti," ungkapnya. 

Lantas apa kunci sukses Risma dalam membangun Surabaya hingga mendapatkan sederet penghargaan baik dalam maupun luar negeri? "Yang saya ingin sampaikan, tidak ada yang tidak mungkin. Di tempat saya, yang tidak boleh diucapkan itu adalah kata tidak bisa. Kalau ada yang bilang tidak bisa, saya pasti langsung tendang. Dan juga, kalau sampai ada yang bilang 'biasanya', juga sama, akan saya tendang. Karena setiap hari itu berubah di luar sana. Jadi kalau kita tidak berubah, kita akan mati," pungkas Risma. 

Dari berbagai buku yang saya baca terkait manajemen, mengelola perubahan adalah kata kunci. Tidak terasa 24 bulan saya mengelola SMKN 1 Tuntang. Suka duka penuh perjuangan harus saya hadapi. Bekerja dari modal utang puluhan juta rupiah, siswa yang masih sedikit, lahan masih menumpang, kelas yang masih kurang dan minimnya fasilitas pendidikan seperti air, listrik, kamar kecil, dll. Terinspirasi dari Ibu Risma, saya pingin membangun sekolah ini dengan tekad kuat. Masalah yang ada bukan menjadi penghalang tetapi justru tantangan. 

Pengalaman menjadi Tim Pengembang Sekolah menjadi modal berharga saya. Maka jadilah RKJM, RKT dan Program saya susun sesuai kebutuhan sekolah. Sasaran dan target sesuai dengan kebutuhan prioritas. Anggaran terbatas dalam membangun sekolah disiasati dengan mengembangkan kewirausahaan sekolah. Dua tahun yang penuh perjuangan, tapi saya percaya semua indah pada waktunya. 

Terima kasih dinas pendidikan dan kebudayaan Propinsi Jawa Tengah, terima kasih Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I, stake holder, terima kasih pengawas sekolah kami, teman-teman Kepala Sekolah SMA/SMK, terima kasih komite sekolah, kepala SMP di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga, orang tua murid dan terutama team work guru dan karyawan SMKN 1 Tuntang. Kerjasama kita luar biasa dan saya bangga dengan kalian. Terima kasih juga kepada teman-teman kepala sekolah dan guru yang datang ke sekolah kami. Terima kasih atas support dan doanya untuk kemajuan sekolah kami. 

Saya tutup catatan ini dengan mencuplik kalimat Bu Risma, tidak ada kata yang tidak bisa. Seberat apapun masalah pasti ada solusinya. Siap menatap tahun ketiga membangun SMKN 1 Tuntang.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 1 Tuntang

Previous
Next Post »

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon