Hilangnya Tanggung Jawab Orang Tua Penyebab Maraknya Tawuran Pelajar

 


Kota Semarang, belakangan ini dihebohkan dengan maraknya tawuran antar pelajar dari berbagai sekolah. Menurut laporan dari beberapa media, tawuran antar pelajar ini sudah terjadi sejak beberapa bulan yang lalu dan semakin meningkat dalam frekuensi dan intensitasnya. Pihak keamanan dan sekolah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, namun belum membuahkan hasil yang memuaskan.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa tawuran antar pelajar ini bermula dari perselisihan kecil antara kelompok pelajar yang kemudian membesar menjadi konflik yang lebih serius. Ada juga yang mengaitkan masalah ini dengan pergaulan bebas dan pengaruh lingkungan yang tidak sehat.

Akibat dari maraknya tawuran antar pelajar ini sangat merugikan banyak pihak. Tentu saja, dampak terbesar dirasakan oleh para pelajar yang terlibat langsung dalam tawuran tersebut. Selain risiko cedera dan kehilangan nyawa, dampak lainnya dari maraknya tawuran antar pelajar adalah mencoreng nama sekolah. Sebenarnya mereka yang terlibat hanyalah oknum yang jumlah sedikit tetapi sangat efektif untuk merugikan nama baik siswa lain dan sekolah.

Tak hanya itu, maraknya tawuran antar pelajar juga menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua dan keluarga para pelajar. Mereka merasa cemas dan khawatir atas keselamatan dan masa depan anak-anak mereka. Sebagai orang tua, tentunya mereka tidak ingin melihat anak-anak mereka terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

SMKN 10 Semarang, salah satu sekolah menengah kejuruan di Kota Semarang, sebetulnya sudah mempersiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi tawuran yang melibatkan siswanya. Sejak Januari 2022 sekolah meluncurkan program Lapor Posisi Anak oleh orang tua. Program ini bertujuan untuk memantau keberadaan para siswa setelah pulang sekolah, sehingga bisa lebih mudah terdeteksi jika ada siswa yang tidak pulang ke rumah.

Program Lapor Posisi Anak ini dilakukan dengan cara orang tua melaporkan posisi anak apakah sudah berada di rumah atau belum setelah pulang sekolah. Pelaporan dilakukan berjenjang dari orang tua ke wali kelas dan selanjutnya wali kelas melaporkan ke Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan.

Program ini sangat penting dilakukan karena dapat membantu orang tua dan pihak sekolah dalam mengantisipasi tawuran antar pelajar. Dengan adanya program ini, orang tua bisa lebih mudah memastikan bahwa anak-anak mereka sudah tiba di rumah dengan selamat setelah pulang sekolah. Jika ada anak yang tidak pulang, orang tua bisa langsung menghubungi pihak sekolah untuk memastikan keberadaannya.

Namun, program ini tidak direspon dengan baik oleh orang tua, dengan hanya sekitar 60% orang tua yang melapor posisi anak mereka setelah pulang sekolah. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak sekolah, yang kemudian merespon dengan mengundang semua orang tua ke sekolah. Kesepakatan ini mencakup tanggung jawab orang tua dalam memastikan anak mereka pulang ke rumah dengan selamat dan dalam keadaan baik setelah bersekolah.

Menahan anak di rumah mungkin terdengar seperti tindakan yang ekstrem atau bahkan berlebihan, tetapi hal ini dapat membantu mencegah anak terlibat dalam tawuran antara pelajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menahan anak di rumah adalah dengan memberikan alternatif kegiatan yang bermanfaat. Misalnya, orang tua dapat membimbing anak untuk mengembangkan bakat atau minat di bidang tertentu, seperti olahraga, musik, seni atau teknologi. Dengan mengajak anak melakukan kegiatan yang positif, orang tua dapat membantu mengalihkan perhatian anak dari pergaulan yang buruk atau pengaruh teman sebaya yang negatif.

Selain memberikan alternatif kegiatan yang bermanfaat, orang tua juga perlu mengambil tindakan untuk memastikan bahwa anak mereka tidak bergabung dengan kelompok yang kurang baik. Orang tua dapat memantau pergaulan anak mereka dan bertanya tentang teman-teman mereka. Orang tua juga dapat mengevaluasi kebiasaan anak mereka dan mengidentifikasi tanda-tanda bahwa anak mereka sedang mengalami masalah atau stres.

Mendampingi anak saat belajar di rumah adalah cara yang sangat efektif untuk membuat mereka merasa nyaman dan aman di rumah. Dengan mendampingi mereka saat belajar, orang tua dapat membantu anak-anak mereka dalam memahami materi pelajaran dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan. Selain itu, orang tua dapat memantau kemajuan akademik anak-anak mereka dan memberikan umpan balik yang diperlukan agar mereka dapat mengembangkan kemampuan belajar yang lebih baik.

Membuat kegiatan sholat berjamaah dan mengaji bagi yang muslim dan kegiatan rohani lain bagi yang non muslim menjadi rutinitas di rumah juga dapat membantu membuat anak-anak merasa nyaman dan aman di rumah. Kegiatan-kegiatan ini membantu membentuk karakter anak-anak dan memperkuat nilai-nilai positif yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat menunjukkan pentingnya nilai-nilai ini dan mengajarkan anak-anak mereka bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, orang tua juga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk aktivitas positif di rumah. Membuat ruang belajar yang tenang dan terorganisir dengan baik, membeli buku atau alat musik yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar anak-anak, serta mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kenyamanan rumah dapat membantu anak-anak merasa nyaman di rumah dan merasa senang menghabiskan waktu di sana.

Orang tua juga dapat mengajak anak-anak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan keluarga, seperti memasak atau membersihkan rumah. Ini dapat membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan keterampilan penting lainnya yang dapat membantu anak-anak di masa depan. Selain itu, meluangkan waktu untuk bersama-sama dengan anak-anak dapat meningkatkan hubungan keluarga dan membantu anak-anak merasa lebih diterima dan dihargai.

Mendampingi anak di rumah merupakan kewajiban orang tua yang penting, terutama ketika anak-anak baru saja pulang dari sekolah. Setelah seharian belajar dan berinteraksi dengan teman sekelas, anak-anak dapat merasa lelah dan mudah terprovokasi oleh orang lain. Orang tua harus memastikan bahwa anak-anak mereka merasa aman dan nyaman di rumah. Dengan mendampingi anak-anak di rumah, orang tua dapat membantu anak-anak mereka menenangkan diri dan memproses pengalaman mereka di sekolah dengan cara yang sehat.

Namun, ketika orang tua melupakan kewajiban mereka untuk mendampingi anak di rumah, mereka mengabaikan tanggung jawab penting mereka sebagai orang tua. Mereka mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas lainnya, sehingga tidak memiliki waktu untuk mendampingi anak-anak mereka. Namun itu tidak bisa menjadi pembenaran untuk melupakan kewajiban.

Berbagi peran antara sekolah pada waktu anak di lingkungan sekolah dan orang tua ketika anak pulang dari sekolah menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi tawuran. Sekolah dapat melakukan program-program positif seperti ekstrakurikuler, kegiatan OSIS, komunitas positif seperti film, fotografi, desain grafis, dll sementara orang tua memainkan peran penting dalam mendampingi anak di rumah. Semoga berbagi peran ini mampu mengurangi maraknya tawuran pelajar.

Semarang, 19 Februari 2023

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang

Previous
Next Post »

4 komentar

Write komentar
19 Februari 2023 pukul 19.51 delete

Itulah yang sering saya lakukan..., jemuri cucian, ngepel,cuci motor, walau laki2 saya selalu mengajak unt berbagi pekerjaan rumah, asyikkan...

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
19 Februari 2023 pukul 20.06 delete

Terima kasih atas informasinya, alangkah baiknya Link laporan posisi anak dapat di share ke Ortu & laporan posisi anak setiap hari di laporkan atau 1 Minggu sekali.

Reply
avatar
19 Februari 2023 pukul 20.06 delete

Sudah seharusnya orang tua mendukung kegiatan ini agar ada keseimbangan antara aktifitas anak di sekolah dengan di rumah. Tugas pendidikan memang menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah dan masyarakat. Keberadaan anak di sekolah hanya berkisar 8 jam, sisanya yang 16 tentu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Adalah ironi ketika orang tua pasrah bongkokan 100% baik buruknya anak kepada sekolah tanpa sedikitpun punya kepedulian terhadap anak-anaknya sendiri. Selamat bersinergi.

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
19 Februari 2023 pukul 20.51 delete

..sy jg seorg pendidik jg merasa prihatin dgn apa yg sdh terjadi belakangan ini dikota smg apalagi menyangkut masalah2 pelajar tetutama masalahbtawuran..mari kita tingkatka p5 yg msh buming , dgn p5 bakat2 anak2 kita bisa terswlurkan lewat kegiatan p5, profil pelajar pancasila

Reply
avatar

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon