Langkah Bijak Menangkal Hoax

Gambar 1. Poster Anti Hoax 
Karya Putika, siswa Kelas XI MM2 SMK N 8 Semarang


Notifikasi WhatsApp handphoneku berbunyi pertanda ada pesan masuk. Sebuah teks panjang berisi anjuran untuk tidak mengkonsumsi minuman serbuk tertulis disitu. Lengkap dengan pendapat pakar kesehatan tercantum disertai dengan bahaya yang mengancam jika meminumnya yaitu batuk dan pengerasan otak. Berita tersebut ternyata bukan hanya satu, dari hampir 30 grup WhatsApp yang saya ikuti, 50% berisi pesan yang sama dengan pengirim berbeda. Pada kesempatan lain muncul berita vaksin menyebabkan autis bagi anak. Isinya tidak main-main, anak yang mengikuti program vaksinasi akan mengalami gejala autis. Sebuah pesan mengerikan tidak lupa disertakan dalam berita itu. Satu berita juga yang membuat saya kaget adalah makan udang dengan vitamin C menyebabkan kematian. Saya yang suka dengan udang goreng tentu khawatir dengan berita ini karena kesukaan makan udang yang enak perlahan akan saya hilangkan.
Iseng saya coba untuk mengirim pesan kepada teman yang membroadcast berita tersebut. Pertanyaan saya sederhana, apakah Anda sudah membaca dengan seksama berita itu? Jawaban mencengangkan saya dapatkan bahwa teman pengirim berita tersebut tidak mencari kebenaran isi berita tetapi langsung mengirimkannya di semua grup WhatsApp yang dia ikuti. Karena penasaran saya mencoba menganalisa berita tersebut melalui software Hoax Analyzer.
Hoax Analyzer adalah website yang mampu menganalisis kebenaran dari pernyataan atau informasi berdasarkan sumber-sumber fakta yang beredar di internet. Website ini dikembangkan oleh mahasiswa Intitut Teknologi Bandung (ITB) yang bekerja menggunakan teknologi Natural Language Processing (NLP), yaitu pengolahan bahasa yang sering digunakan sehari-hari oleh manusia agar dapat dimengerti komputer, dan Machine Learning, yaitu proses pembelajaran komputer dari data.
Hasil analisis yang ditampilkan oleh Hoax Analyzer adalah kesimpulan mengenai keabsahan informasi, persentase keyakinan menurut data-data yang tersedia, dan daftar sumber fakta terkait. Ketika saya mengetik kalimat minuman serbuk memiliki kandungan berbahaya menyebabkan batuk dan pengerasan otak didapat hasil 82,29% berita itu adalah hoax. Hasil yang sama didapat dengan berita vaksin menyebabkan autis sebesar 77,64% berita tentang itu adalah hoax dan berita makan udang dengan vitamin C sebesar 65,03% juga hoax.

Gambar 2. Hasil Analisa Berita Hoax dari Hoax Analyzer

Menelisik berita hoax tentu bijak jika kita belajar sejarahnya. Hoax adalah tipuan dan kebohongan yang menyamar sebagai kebenaran. Kata "hoax" berawal dari "hocus pocus" yang berasal dari bahasa latin "hoc est corpus" yang artinya "ini adalah tubuh". Kata ini pada awalnya digunakan oleh penyihir untuk mengklaim kebenaran, padahal sebenarnya mereka sedang berdusta. Hocus digunakan untuk menipu menggunakan sihir atau mantra para penyihir dan pesulap jaman dahulu.
Menurut situs www.hoaxes.org, hoax adalah berita penipuan yang menjadi perhatian publik. Istilah Hoax mulai populer berdasarkan film drama Amerika yang dibintangi oleh Richard Gere "The Hoax". Film itu dirilis tahun 2006 yang disutradarai oleh Lasse Hallstrom, penulis skenario William Wheeler yang berdasarkan dari novel dengan judul yang sama karya Clifford Irving (1981). Dalam film "The Hoax", Irving ikut membantu sebagai penasihat teknis, namun ternyata hasil skenario film sangat jauh berbeda dengan isi novel aslinya. Banyak kejadian yang diuraikan Irving dalam bukunya telah diubah atau dihilangkan dari film. Dengan alasan tidak suka dengan skenarionya yang melenceng jauh dari novel aslinya, Irving memutuskan mengundurkan diri dan tidak mau terlibat dalam pembuatan film itu dan meminta namanya dihapus dari kredit film tersebut. Sejak saat itu film "The Hoax" dianggap sebagai film yang banyak mengandung kebohongan.
Situs hoaxbusters menyebutkan beberapa jenis hoax, antara lain hoax hadiah (menyebutkan bahwa anda memenangkan sejumlah hadiah), hoax simpati (menyebarkan informasi tentang orang yang sakit, butuh bantuan atau penculikan) dan urband legend (menyebarkan tentang parfum merek tertentu tidak tahan lama baunya).
Cara mengidentifikasi berita hoax
Menurut David Harley dalam buku Common Hoaxes and Chain Letters (2008), cara praktis untuk mengidentifikasi hoax antara lain, yang pertama berita hoax biasanya memiliki karakteristik surat berantai dengan menyertakan kalimat seperti "Sebarkan ini ke semua orang yang Anda tahu, jika tidak, sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi”. Kedua, berita hoax biasanya tidak menyertakan tanggal kejadian atau tidak memiliki tanggal yang realistis atau bisa diverifikasi, misalnya "kemarin" atau "dikeluarkan oleh..." pernyataan-pernyataan yang tidak menunjukkan sebuah kejelasan. Kemudian yang ketiga, informasi hoax biasanya tidak memiliki tanggal kadaluwarsa pada peringatan informasi, meskipun sebenarnya kehadiran tanggal tersebut juga tidak akan membuktikan apa-apa, tetapi dapat menimbulkan efek keresahan yang berkepanjangan. Keempat, tidak ada organisasi yang dapat diidentifikasi yang dikutip sebagai sumber informasi atau menyertakan organisasi tetapi biasanya tidak terkait dengan informasi.
Dampak Hoax
Hoax memberikan dampak negatif yang luar biasa. Pengaruh berita hoax antara lain, yang pertama memecah belah masyarakat. Proses pemilihan gubernur DKI menimbulkan perpecahan anak bangsa akibat berbeda pilihan. Perpecahan itu lebih disebabkan karena masifnya berita hoax dan lunturnya kepercayaan masyarakat pada media mainstream karena keperpihakan sejumlah media.
Terbongkarnya Sindikat Saracen menguak tabir bahwa hoax ternyata memang dikondisikan sindikat penyedia jasa konten kebencian. Sindikat ini memiliki keahlian mencaplok akun media sosial hingga membaca situasi pemberitaan. Melalui akun-akun tersebut kelompok menyebarkan konten kebencian. Rilis resmi dari kepolisian menyebutkan bahwa akun yang tergabung dalam jaringan kelompok Saracen berjumlah lebih dari 800.000 akun.
Dampak negatif yang kedua adalah terjadinya Persekusi. Bareskrim Polri mencatat ada 47 kasus persekusi dalam setahun terakhir yang dipicu aktivitas di media sosial. Persekusi disebut menjadi fenomena di Indonesia pada akhir 2016 hingga awal 2017. Dampak yang ketiga adalah terjadinya tindak kekerasan. Kasus penganiayaan Brigadir Hanafi oleh kelompok The Jakmania berawal dari provokasi di media sosial bahwa musuh kita polisi.
Dampak negatif keempat adalah kerugian perusahaan. PT Sumatraco Langgeng Makmur, pemegang garam merk Kerapan Sapi dan Sarcil, mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jawa Timur. Mereka melaporkan akun di media sosial yang menyebarkan informasi hingga viral tentang produk garam dari perusahaan tersebut yang bercampur kaca. Dampak dari penyebaran informasi oleh akun-akun di facebook, twitter, whatsApp dan media sosial lainnya menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.
Dampak kelima yang tidak kalah memprihatinkan adalah timbulnya keresahan di masyarakat. Beredar informasi di media sosial mengenai bahaya penggunaan kipas angin yang dihadapkan ke tubuh ketika tidur di malam hari. Tiga buah foto yang digabung menjadi satu dan diunggah ke media sosial memperlihatkan efek penggunaan kipas angin yang mengakibatkan penyakit parah yang berujung kematian. Di foto-foto tersebut, tampak seorang pria yang tidur dengan hembusan kipas angin. Di foto lain, ada momen pria tersebut seolah-olah dirawat di rumah sakit. Lalu, gambar saat suasana pemakaman. Kesan yang muncul rangkaian peristiwa tadi adalah sebuah akibat dari tidur menggunakan kipas angin. Foto yang dijadikan ilustrasi untuk artikel tersebut hoax. Karena tak ada data valid yang menunjukkan hubungan antara ketiga foto tersebut di dalam artikel. Sementara penggunaan kipas angin yang terlalu dekat saat tidur dapat menyebabkan kematian tidak benar, karena faktor utama yang dapat menyebabkan kematian mendadak adalah penyakit jantung koroner yang didahului oleh serangan jantung. Berita ini meresahkan orang yang terbiasa menggunakan kipas angin ketika tidur.
Dampak keenam dari berita Hoax adalah jatuhnya karir seseorang, Masih ingat cerita seorang istri yang diceraikan oleh suaminya karena melahirkan anak yang jelek sekitar tahun 2015? Tabloid Heilongjiang mengarang cerita seorang wanita yang sebenarnya tidak cantik lalu melakukan operasi plastik sehingga menjadi cantik jelita demi menikahi suami yang ganteng. Cerita ini tersebar di Facebook lengkap dengan gambarnya. Ternyata cerita ini hoax. Cerita yang sebenarnya adalah Heidi Yeh, seorang model Taiwan yang memang cantik (bukan karena operasi plastik) dikontrak oleh agensi JWT J. Walter Thompson untuk melakukan sesi pemotretan untuk klinik kecantikan Simple Beauty. Lalu oleh tabloid Heilongjiang direkayasa cerita palsu seolah-olah Heidi adalah wanita jelek yang menjalani operasi plastik dan diceraikan oleh suaminy. Cerita ini rupanya dipercaya oleh banyak orang di seluruh dunia. Akibat dari hoax tersebut orang lebih mengenal Heidi Yeh sebagai orang jelek yang melakukan operasi plastik dan mengakibatkan rusaknya karir di dunia model.
Cara mengedukasi siswa
Kemajuan teknologi saat ini mau tidak mau akan berdampak pada anak sekolah. Anak-anak sudah sangat familiar dengan penggunaan handphone yang terhubung dengan internet. Kondisi ini menyebabkan anak sangat rentan dengan masifnya berita hoax di dunia maya. Sebagai guru, saya ikut bertanggung jawab untuk mengarahkan anak didik dalam menerima setiap berita yang dibaca. Langkah awal yang dilakukan adalah memberikan pengetahuan tentang literasi media.
Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam arti (multi literacies). Ada bermacam-macam keberaksaraan atau literasi misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.
Literasi informasi (information literacy) telah menjadi fokus perhatian utama dunia pendidikan, khususnya perpustakaan Amerika sejak era delapan puluhan. Menurut American Library Association (ALA), information literacy merupakan salah satu komponen penting yang harus dimiliki setiap warga dan berkontribusi dalam mencapai pemelajaran seumur hidup. Kompetensi dalam information literacy bukan hanya sekedar pengetahuan di kelas formal, tetapi juga praktek langsung pada diri sendiri dalam lingkungan masyarakatnya. Literasi informasi juga sangat diperlukan dalam setiap aspek kehidupan manusia, dan itu berlangsung seumur hidup. Literasi informasi menambah kompetensi masyarakat dengan mengevaluasi, mengorganisir dan menggunakan informasi.
Langkah kedua setelah siswa mampu mengfilter berita hoax adalah melakukan kampanye anti hoax kepada warga sekolah. Kampanye ini dilakukan dengan cara membuat poster bersama dalam jumlah banyak dan ditempel di majalah dinding sekolah. Bukan perkara mudah untuk menggerakkan seratusan siswa membuat poster. Tetapi dengan ketelatenan dan kesabaran serta motivasi terus menerus gerakan membuat poster anti hoax ini berjalan lancar. Beraneka poster yang tertempel di majalah dinding ini menarik perhatian warga sekolah untuk melihat. Perlahan pesan lewat poster ini mampu mengedukasi warga sekolah bahwa bijaklah dalam membaca berita. Cek dulu kebenarannya sebelum berbagi dengan yang lain.
Gambar 3. Siswa memasang Poster Anti Hoax di majalah dinding


Di samping melalui majalah dinding, siswa juga membagi poster anti hoax ke sosial media seperti facebook dan istagram. Hal ini bertujuan untuk memperluas lingkup pembacanya dari warga sekolah menjadi warga dunia. Satu persatu poster anti hoax anak-anak menghiasi linimasa facebook dan istagram. Mereka membagi poster itu kepada teman, saudara, dan warga masyarakat untuk bersama-sama memerangi hoax.

 Gambar 4. Siswa memasang Poster Anti Hoax di sosial media

Upaya lain yang penulis lakukan untuk menangkal hoax adalah melatih teman-teman guru menulis. Saya percaya bahwa untuk menyingkirkan air yang keruh adalah dengan memperbanyak air bersih. Maka perlahan air keruh itu akan tersingkir oleh air bersih. Perumpamaan ini sesuai dengan langkah meminimalkan berita hoax yang dibaca dengan memperbanyak berita baik yang ditulis oleh bapak dan ibu guru. Kurang lebih lima ratus guru sudah berlatih membuat tulisan populer bekerjasama dengan surat kabar. Semakin banyak guru yang menulis maka semakin banyak artikel yang terbit. Artikel-artikel ini menjadi bahan bacaan siswa di perpustakaan sekolah. Langkah ini menambah motivasi guru yang menulis artikel dan memacu guru lain untuk membuat artikel baru. Artikel-artikel yang terbit kemudian dikumpulkan dan dicetak menjadi buku. 


Gambar 5. Penulis menjadi Narasumber dalam Pelatihan Menulis Populer

Sebagai penutup dalam tulisan ini, saya ingin mengajak kepada semua saja baik itu siswa, teman guru, dan warga masyarakat, bijaklah dalam menerima sebuah berita. Cek dulu kebenaran berita itu apakah hoax atau bukan. Bisa melalui ciri-ciri berita hoax seperti tertulis di atas atau melalui software Hoax Analyzer. Jika analisa menunjukkan bahwa berita itu hoax maka jangan ragu-ragu untuk membagi kepada orang lain bahwa berita yang tersebar itu hoax. Langkah ini tentu akan sangat membantu meminimalkan dampak negatif yang dapat meresahkan masyarakat.


Tulisan ini disertakan dalam Lomba Menulis Anti Hoax Sang Pendidik yang diselenggarakan oleh PGRI Jawa Tengah bekerjasama dengan Marimas.
#antihoax 
#marimas 
#pgrijateng

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Gryyfind
AUTHOR
9 November 2017 pukul 21.48 delete

Info yang berguna Pak Ardan

Reply
avatar

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon