Formulasi Kebijakan Kurikulum Paradigma Baru



Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek meluncurkan kurikulum baru yang masih berupa prototipe sehingga dikenal dengan nama Kurikulum Prototipe. Karena masih berupa prototipe maka kurikulum ini dilakukan ujicoba di sekolah penggerak atau sekolah pusat keunggulan untuk SMK. Ada 2500 sekolah yang akan menerapkan kurikulum ini di tahun pelajaran 2021/2022.

Catatan kali ini akan mencoba memberikan kajian terhadap kurikulum baru ini. Dari berbagai literatur yang saya baca ada tujuh hal baru terkait kurikulum baru ini. Apa saja kebaruan itu? Saya bahas satu persatu. Perubahan pertama adalah Profil Pelajar Pancasila (PPP) yang akan mendasari Standar Isi Pendidikan, Standar Proses Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Mengacu kepada semua hal di atas pemerintah menetapkan struktur kurikulum, Capaian Pembelajaran (CP), Prinsip Pembelajaran, dan assesmen. Selanjutnya sekolah menetapkan kurikulum operasional yang dikembangkan sendiri secara mandiri. 

Struktur kurikulum yang ditetapkan pemerintah dalam bentuk minimum. Satuan pendidikan dapat mengembangkan program dan kegiatan tambahan sesuai dengan visi misi dan sumber daya yang tersedia. Secara umum struktur  Kurikulum prototipe dibagi menjadi dua bagian:  (1) kegiatan intrakurikuler berupa tatap muka dalam kelas;  (2) kegiatan proyek. Dari sisi Jam Pelajaran, jumlah jam pelajaran pada setiap jenjang sama dengan yang berlaku pada K-13. Hanya saja sekitar 20 % – 30 % dari jam pelajaran yang tersedia pada Kurikulum prototipe dialokasikan untuk kegiatan proyek. 

Kurikulum prototipe atau Kurikulum Paradigma Baru tidak menetapkan jam pelajaran perminggu seperti yang selama ini berlaku di K-13. Jam Pelajaran pada Kurikulum Paradigma Baru ditetapkan pertahun. Dengan demikian satuan pendidikan memiliki keleluasaan dalam mengatur waktu pelaksanaan pelajaran. Satu mata pelajaran bisa saja tidak diajarkan pada satu  semester, tetapi diajarkan pada semester berikutnya atau sebaliknya. Sebagai contoh Mata pelajaran IPAS di kelas X boleh diajarkan pada semester ganjil dan tidak diajarkan lagi pada semester genab. Sebaliknya mata pelajaran IPAS di kelas XI hanya diajarkan pada semester ganjil.  Sepanjang jam pelajaran pertahunnya dipenuhi hal ini dibenarkan.

Dari penjelasan di atas ada hal positif diterapkannya kurikulum baru ini yaitu berkurangnya jumlah jam tatap muka di kelas. Jika kurikulum 2013,100% adalah kegiatan tatap muka maka kurikulum paradigma baru ini membatasi jam tatap muka di kelas hanya 70 – 80% saja, sisanya adalah kegiatan proyek. Ini tentu mengurangi kepadatan jam pelajaran di kelas selama ini.

Di samping hal positif, ada beberapa hal yang perlu dikritisi dengan Kurikulum Paradigma Baru terkait perubahan yang pertama yaitu kegiatan proyek. Jika Kurikulum 2013 proyek adalah bagian dari model pembelajaran maka Kurikulum paradigma baru proyek bagian dari mata pelajaran yang terhitung jam. 

Seperti kita ketahui bersama, Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.

Peran pertama yang harus diperkuat adalah guru. Selama ini kesulitan guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek adalah alokasi waktu yang dibutuhkan melampaui jam pelajaran, ketersediaan alat dan bahan terbatas, guru masih asing dengan sintaks model pembelajaran berbasis proyek, dan guru kurang dapat menentukan proyek yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis proyek.

Adapun faktor-faktor penghambat guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek antara lain  membutuhkan biaya yang cukup banyak, guru tidak pernah mendapatkan pelatihan terkait model pembelajaran berbasis proyek, tidak tersedia LKPD berbasis proyek, guru merangkap jabatan, administrasi guru banyak,  dan penilaian menghabiskan banyak waktu.

Sementara dari sisi siswa, pembelajaran berbasis proyek terasa berat dikarenakan peserta didik tidak mandiri, siswa kurang berinisiatif, karakter tidak punya keberanian, manajemen waktu yang belum bagus dan siswa lemah dalam melakukan penelitian.

Pemberlakuan proyek juga akan berdampak pada orang tua. Apa saja dampaknya? antara lain biaya personal yang ditanggung orang tua membengkak, harus support peralatan dan bahan untuk membuat proyek dan siap memberi pendampingan ketika anaknya melaksanakan proyek.

Menutup tulisan ini, saya menyitir kalimat motivasi dari Arnold Bennett bahwa  "Setiap perubahan, bahkan perubahan ke arah yang lebih baik, selalu disertai dengan kekurangan dan ketaknyamanan."  Maka sikap kita dengan perubahan adalah segera beradaptasi dengan belajar dan mencoba. Darimana Kita Belajar? Dari teman-teman guru yang sudah menerapkan Kurikulum Paradigma Baru ini yaitu guru di Sekolah Penggerak dan Pusat Keunggulan.

Catatan CEO SMKN 1 Tuntang

Tuntang, 13 Desember 2021

Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
Yuswanto
AUTHOR
14 Desember 2021 pukul 08.30 delete

Dibutuhkan sekolah model yang "mendekati ideal" untuk menguji dan menerapkan kurikulumnya

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
25 Desember 2021 pukul 20.32 delete

Diperlukan semangat utk beradaptasi dg perubahan yang diterapkan dalam kurikulum baru.Perlu sekolah model utk.menerapkan kurikulumnya.

Reply
avatar

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon