Pemimpin yang Melayani



Saya tumbuh dan besar dalam lingkungan sekolah bernafaskan Islam. Dari TK sampai SMA berada dalam satu yayasan. Tepatnya Yayasan Perguruan Islam Ta’allumul Huda. Berada di kota kecil selatan Brebes bernama Bumiayu. Karena belajar di yayasan Islam, maka ilmu yang diperoleh double yaitu agama dan umum. Ada satu hadist Nabi yang masih saya pegang yaitu khoirunnaasi anfauhum linnas. Kurang lebih artinya sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada banyak orang.

Tantangan kedua saya sebagai pemimpin adalah mengelola SMKN H Moenadi Ungaran. Per 01 Agustus 2021 saya diamanahi tugas tambahan sebagai pelaksana tugas di sekolah yang mukanya berhadapan dengan kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 1.  Untuk mengelola sekolah ini saya memakai gaya Servant Leadership. Seperti yang ditulis oleh Robert Greenleaf, Servant Leadership adalah seseorang yang menjadi pelayan lebih dahulu. Dimulai dari perasaan alami bahwa seseorang yang ingin melayani, harus terlebih dulu melayani. Kemudian pilihan secara sadar membawa seseorang untuk memimpin dengan cara menempatkan kebutuhan karyawan sebagai prioritas, mengenal kehormatan dan pentingnya nilai bagi setiap individu, dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Fokus servant leadership ada 3 yang ditekankan dalam gaya kepemimpinan masa kini yaitu yang pertama Shares Power. Seorang pemimpin tidak lagi “pelit” dengan ilmu yang dia punya. Berbagi ilmu yang dia punya akan membuat suatu organisasi bertambah kuat. Yang kedua mendahulukan kebutuhan para pengikut. Pemimpin yang melayani mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para pengikut dan mendahulukan kebutuhan tersebut. Dengan memenuhi kebutuhan para pengikut, kerja akan lebih optimal dalam mencapai suatu tujuan. Kebutuhan dasar seperti lingkungan kerja yang baik, porsi kerja yang cukup, feedback material maupun emosional harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memulai untuk mencapai suatu tujuan.

Dan yang terakhir membantu para pengikut untuk berkembang. Suatu poros organisasi/perusahaan sebenarnya bukan terletak pada seorang pemimpin. Tetapi terletak pada pengikutnya. Pemimpin hanya satu, tetapi pengikut ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan. Banyak yang dapat dilakukan oleh para pengikut secara bersama-sama. Oleh karena itu, membantu para pengikut untuk berkembang akan menghasilkan banyak hal luar biasa.

Saya percaya kebaikan pada awalnya harus dipaksakan, karena jika kita tidak memaksakan diri untuk berbuat kebaikan, maka kita akan dipaksa untuk berbuat keburukan. Kebiasan dalam segala hal membutuhkan latihan, ketekunan, dan kesabaran barulah menjadi bagian dari keseharian kita.

Bagi air yang mengalir ke semua tempat dan memberi kehidupan, maka demikianlah seharusnya hidup kita. Saat kita menebar kebaikan pada seseorang sejatinya ia akan terus meresap ke semua orang di manapun berada. Kebaikan yang kita lakukan sekecil apapun akan membuat hidup apapun dan siapapun yang berada di sekeliling kita. Karena air yang tak dialirkan hanya akan menimbulkan bau tak sedap dan keruh, maka jangan pendam kebaikan sedikitpun agar tidak membusuk di dalam diri kita.

Melayani tidak hanya ke dalam tetapi melebar keluar melewati batas tanah sekolah, melintasi kecamatan, kabupaten, propinsi dan negara. Maka tagline saya dalam memulai tulisan adalah Dari Ungaran untuk Indonesia.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Plt SMKN H Moenadi Ungaran

Previous
Next Post »

3 komentar

Write komentar
Anonim
AUTHOR
8 Desember 2021 pukul 17.09 delete

Luar biasa pak ardan

Reply
avatar
Dunia Ardan
AUTHOR
9 Desember 2021 pukul 07.18 delete

Matur nuwun atas kunjungan ke blog saya dan meninggalkan komentar.

Reply
avatar

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon