Berdamai dengan Banjir di SMKN 10 Semarang

 


Setiap orang menjalani garis hidup masing-masing. Susah dan senang akan menjadi bagian yang dilalui dengan perasaan. Kadang lebih banyak susah dibanding rasa senang dan sebaliknya susah terselip diantara kesenangan yang terus diterima. Karir saya boleh dibilang berada dalam situasi yang tidak begitu baik. Dua kali mengawal SMK yang masih berkutat dengan masalah. Dalam dua bulan ini dua masalah mendera. Yang pertama oknum siswa yang “terlihat gagah” mencoreng nama sekolah dan yang barusan terjadi sekolah tergenang banjir.

Jalan memang tidak selamanya rata dan lurus, ombak tidak selamanya tenang. Demikian juga hidup kita, apa yang kita bangun selama ini dengan kerja keras bisa hancur dalam seketika oleh kejadian yang tidak kita prediksi. Sejak Januari 2022 saya pegang SMKN 10 Semarang dengan tekad bulat menjadikan sekolah ini lebih baik. Sebelas bulan dijalani dengan progres pertumbuhan sekolah dalam tren positif langsung terjun bebas di awal Desember 2022.

Akhir tahun 2022 kembali musibah menghampiri sekolah. Luapan air dari sungai depan dan sebelah sekolah meluber masuk ke gorong-gorong. Akibat derasnya air yang masuk maka halaman sekolah, ruang guru, ruang kelas, mushola, ruang gambar, bengkel akhirnya terendam air. Berkat kesigapan warga sekolah, peralatan praktik yang mahal bisa diamankan. Menyisakan instalasi listrik, jaringan komputer dan beberapa alat yang berat tetap terendam air.

Setelah saya kaji dengan tenang, ada tiga cara untuk keluar dari masalah yaitu mengatasi masalah, memindahkan diri dari masalah (bukan menghindari masalah, karena menghindari hanya bisa dilakukan sebelum masalah terjadi) dan menjalani masalah. Maka yang saya lakukan adalah berdamai dengan masalah. Berdamai disini bukan berarti menuruti hal yang tidak baik, tetapi berdamai untuk membiasakan berada di situasi yang sangat sulit. Dengan cara berdamai dengan keadaan, akan memberikan kekuatan yang bermuara ke keikhlasan. Sebuah situasi ikhlas akan apa yang kita punya dan bersyukur akan apa yang kita rasakan.

Saya selalu berfikir bahwa hidup akan selalu bahagia dengan rasa ikhlas menerima apa yang dipunyai. Menerima baik dan buruk semua yang menimpa dalam kehidupan saya. Semua itu tidak akan bisa di dapat tanpa rasa syukur. Kedamaian dalam pikiran dicapai tidak dengan mengabaikan masalah, tapi dengan memecahkan masalah. Lari dari masalah akan memperburuk keadaan, tetapi hadapilah walaupun berat, tetap tenang dalam mencari solusi. Bangun kekuatan dalam diri untuk selalu tegar, pasti semua akan berlalu.

Belanda merupakan negara Eropa Barat yang sangat berisiko tinggi tejadi bencana banjir maupun banjir bandang. Sebab, 60% datarannya berada di bawah permukaan laut sehingga negara itu mempunyai nama asli Koninkrijk der Nederlande yang berarti negeri berdaratan rendah.  Meski berada di dataran rendah, ternyata Belanda menjadi salah satu negara yang mampu mengendalikan bencana banjir. Negara itu jarang dilanda banjir lantaran manajemen air yang unggul dengan berbagai inovasi dan pemanfaatan teknologinya. 

Mengacu pada sumber masalah banjir di SMKN 10 Semarang dimana air dari luar justru masuk ke dalam sekolah karena tinggi permukaan sungai melebihi permukaan sekolah maka konsep kanalisasi yang dilakukan Belanda patut ditiru di SMKN 10 Semarang. Strategi yang dilakukan adalah membangun saluran air lebih besar di lingkungan sekolah untuk menampung sementara luberan air. Saluran ini akan ditutup dengan ram besi sehingga mudah untuk dibersihkan. Cara ini dilakukan agar air tidak masuk ke dalam kelas atau bengkel. Sementara gorong-gorong tempat masuk air dari sungai akan dibuat pintu air yang ditutup jika banjir datang.

Ada empat kolam retensi yang dibangun untuk menampung air dari saluran besar sebelum  dipompa ke luar jika permukaan sungai sudah menurun. Kolam-kolam tersebut dilengkapi dengan pompa air dan genset jika terjadi pemadaman listrik. Konsep pembangunan ini tentu berbiaya besar, tetapi kerugian akan lebih besar lagi jika sekolah sering terkena banjir.

Dari kasus banjir saya dapat pelajaran banyak. Tidak perlu menyalahkan siapapun tetapi berdamai dengan masalah. Dan segera lakukan kajian komprehensip untuk mencari solusi mengatasi masalah. Yang masih menjadi masalah adalah biaya untuk membangun kanal-kanal kecil tersebut. Semoga dapat solusi.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang.
Previous
Next Post »

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon