Manajemen Berbasis Tujuan dalam Penanganan Banjir di SMKN 10 Semarang

 


Malam tahun baru seharusnya menjadi momen yang penuh kebahagiaan dan harapan bagi setiap orang. Namun, tidak demikian halnya bagi SMKN 10 Semarang, sebuah sekolah kejuruan yang diapit oleh dua Sungai di daerah Panggung Lor. Malam tahun baru 2023 menjadi malam yang kelam dan menyedihkan bagi sekolah ini, karena hujan deras yang mengguyur Kota Semarang dari malam sampai pagi hari.

Tingginya curah hujan menyebabkan debit air yang turun sangat besar. Air sungai meluap dan meluber ke sekitarnya, termasuk ke area sekolah SMKN 10 Semarang. Sekolah ini menjadi tempat langganan banjir, karena letaknya yang rendah dan drainase yang buruk.

Banjir yang terjadi di malam tahun baru ini merupakan salah satu yang terparah dalam sejarah sekolah. Air tidak hanya menggenang halaman sekolah, tetapi juga masuk ke dalam bangunan sekolah. Bengkel KKB, laboratorium komputer, ruang gambar, bengkel pengelasan, bengkel PDT, bengkel permesinan kapal, ruang guru, dan ruang kelas, semua terendam air setinggi satu meter lebih.

Kerugian yang dialami sekolah sangat besar, baik secara materiil maupun non-materiil. Peralatan praktek yang mahal rusak akibat terendam air. Komputer dan dokumen sekolah yang berisi data penting, seperti nilai siswa, rapor, ijazah, dan sebagainya, hancur akibat basah. Proses belajar mengajar terganggu karena ruang praktik tidak bisa digunakan.

Salah satu faktor yang memperparah dampak banjir adalah padamnya listrik yang terjadi sejak malam hari. Kondisi ini membuat tidak ada penerangan yang cukup untuk melihat kondisi sekolah. Selain itu, tidak ada pompa air yang bisa digunakan untuk menguras air yang menggenang di halaman dan bangunan sekolah. Akibatnya, air tidak bisa keluar dari sekolah karena posisi sekolah yang lebih rendah dari jalan raya.

Sebagai kepala sekolah SMKN 10 Semarang, saya  bertanggung jawab untuk mengatasi masalah banjir yang selalu terjadi setiap tahun di sekolah ini. Banjir ini tidak hanya merugikan secara materiil, tetapi juga menghambat proses pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, saya harus memutar otak untuk mencari cara agar bencana tahunan ini tidak lagi terjadi di SMKN 10 Semarang.

Untuk mengatasi masalah banjir ini, SMKN 10 Semarang menerapkan Manajemen Berbasis Tujuan (MBT) sebagai salah satu strategi perubahan yang efektif dan efisien. MBT adalah suatu pendekatan manajemen yang menekankan pada penetapan tujuan yang jelas, spesifik, terukur, realistis, dan berbatas waktu, serta pengukuran kinerja dan umpan balik yang berkala. MBT dapat membantu organisasi untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kreativitas, serta mengurangi biaya, konflik, dan ketidakpastian.

Konsep Manajemen Berbasis Tujuan (MBT) ini pertama kali dikemukakan oleh Peter Drucker dalam bukunya yang berjudul “The Practice of Management” pada tahun 1954. Menurut Peter Drucker, Tujuan Organisasi yang ditetapkan harus melalui proses persetujuan antara Manajemen dan Karyawannya, bukan dipaksakan dari atas. Cara demikian akan lebih efektif dalam mendelegasikan otoritas pada sebuah organisasi besar sehingga semua karyawan memahami dan turut berkomitmen untuk pencapaian sasaran Organisasi tersebut. Sasaran-sasaran dalam organisasi dibuat secara bertingkat mulai dari Sasaran Organisasi keseluruhan, sasaran divisi, sasaran departemental hingga sasara individu karyawan itu sendiri.

Dalam menerapkan MBT, SMKN 10 Semarang melakukan langkah-langkah berikut. Pertama menetapkan tujuan penanganan banjir yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound). Tujuan ini disesuaikan dengan visi, misi, dan nilai sekolah, serta melibatkan partisipasi dari semua pihak yang terkait, seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, komite sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Tujuan yang ditetapkan adalah mencegah terjadinya banjir di lingkungan sekolah dengan membangun saluran air baru dan merevitalisasi saluran air yang sudah ada dalam waktu satu tahun.

Langkah selanjutnya adalah menyusun rencana aksi yang terstruktur dan terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rencana aksi ini mencakup aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan, sumber daya yang dibutuhkan, tanggung jawab masing-masing pihak, indikator pencapaian, dan jadwal pelaksanaan. Aktivitas yang dilakukan adalah menggali tanah di sekitar sekolah untuk membuat mini kanal dan membangun kolam retensi yang mampu menampung debit air yang besar dilengkapi dengan pompa dan genset.

Salah satu langkah penting selanjutnya dalam Manajemen Berbasis Tujuan (MBT) adalah melaksanakan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya dengan penuh komitmen, koordinasi, dan kolaborasi. Langkah ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan rencana aksi, semua pihak yang terlibat, seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, komite sekolah, pemerintah, dan masyarakat  saling berkomunikasi, berbagi informasi, dan memberikan dukungan. Hal ini dapat meningkatkan sinergi, keterpaduan, dan kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat.

Selain itu, dalam pelaksanaan rencana aksi, diperlukan juga kreativitas dan inovasi untuk mengatasi kendala-kendala yang mungkin muncul. Kreativitas dan inovasi dapat membantu mencari solusi alternatif, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan menciptakan nilai tambah bagi sekolah. Contoh inovasi yang dilakukan oleh SMKN 10 Semarang dalam penanganan banjir adalah melaksanakan program ini dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran seperti pembuatan tutup saluran air dari besi yang dibuat oleh anak-anak jurusan pengelasan. Benda Ini terdiri dari material besi yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan untuk menutupi saluran air dan menjaga agar tidak ada benda asing yang masuk ke dalamnya. Program ini tidak hanya dapat mengurangi risiko banjir, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa, serta membangun rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan.

Langkah terakhir adalah mengukur kinerja dan memberikan umpan balik yang berkala. Dalam proses ini, diperlukan pengumpulan data dan informasi yang relevan dan akurat untuk menilai sejauh mana pencapaian tujuan dan efektivitas rencana aksi. Umpan balik yang diberikan harus bersifat konstruktif, objektif, dan solutif, serta dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan. Contoh umpan balik yang diberikan adalah saluran air baru dan kolam retensi yang dibangun telah berhasil mengurangi risiko banjir di lingkungan sekolah tetapi perlu koordinasi intensif terkait pemeliharaan pompa dan pembersihan mini kanal dari sampah.

Dengan menerapkan MBT, SMKN 10 Semarang berhasil mengatasi masalah banjir yang selama ini menghambat proses pendidikan. Sekolah ini juga berhasil meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan pendidikan, serta membangun citra positif di mata masyarakat. MBT menjadi salah satu bukti bahwa dengan adanya tujuan yang jelas, rencana aksi yang terstruktur, pelaksanaan yang komitmen, dan umpan balik yang berkala, perubahan positif dapat terwujud.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Biasa Menjadi Luar Biasa.

Previous
Next Post »

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon