Menyongsong Kebaikan Hati Mengikuti Teladan Memaafkan Rasulullah SAW

 


Bulan Ramadan telah berlalu, meninggalkan kesan suci dalam hati kita. Selama bulan yang penuh berkah ini, kita menjalani ibadah puasa dan merenung, membersihkan diri dari hawa nafsu dan dosa. Sekarang, kita memasuki momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim: Hari Raya Idul Fitri.

Lebaran adalah saat kita merayakan kemenangan atas diri kita sendiri. Kita telah menahan lapar dan dahaga, mengendalikan hawa nafsu, dan berusaha menjadi lebih baik. Sekarang, kita merayakannya dengan sukacita, berbagi kebahagiaan bersama keluarga dan teman-teman.

Setiap tahun, tiba saatnya bagi ribuan orang untuk merayakan Lebaran dengan pulang kampung, menjalani ritual yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kita: mudik. Saya pun tidak terkecuali. Namun, sebagai orang dari timur Jawa Tengah, saya telah terbiasa dengan pengorbanan karena rombongan pemudik dari barat biasanya jauh lebih besar.

Ketika kota-kota mulai sibuk dengan persiapan perayaan, jalanan pun mulai dipenuhi oleh kendaraan yang bergerak satu arah: menuju kampung halaman. Pengelola jalan tol pun tidak tinggal diam menghadapi arus lalu lintas yang semakin padat. Mereka menerapkan kebijakan one way, di mana kedua jalur tol digunakan sebagai satu jalur saja.

Keputusan ini tentu membawa dampak besar, terutama bagi pemudik dari timur Jawa Tengah seperti saya. Jalan tol yang biasanya menjadi pilihan utama tidak bisa digunakan. Maka, jalan pantura menjadi satu-satunya alternatif yang harus dilalui pemudik dari timur.

Lebaran Idul Fitri tidak lepas dari tradisi maaf memaafkan, sebuah sifat mulia yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu contoh yang mencerminkan sifat pemaaf beliau terjadi sekitar akhir bulan Januari 630 M, atau tahun 8 Hijriah. Saat itu, Nabi dan rombongan beliau memasuki Makkah setelah perjalanan yang melelahkan melintasi padang pasir dan gunung-gunung tanpa pepohonan.

Saat berada di dekat Bait al-Haram, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan pemimpin kafir Quraisy dan pengikut mereka. Meskipun kelompok Nabi tampak lebih besar, kuat, dan bersatu, beliau memilih untuk merangkul mereka yang sebelumnya telah menyakiti dan membunuh orang-orang yang dicintai beliau.

Sekarang, kaum musyrikin Quraisy mendapati diri mereka dalam posisi yang lebih rendah. Mereka adalah orang-orang yang pernah menyakiti Rasulullah SAW, bahkan banyak di antara mereka yang telah melakukan kejahatan dengan membunuh orang-orang yang dicintai oleh Nabi.

Bahkan, dalam salah satu kisah yang disampaikan, ketika Rasulullah SAW dan pasukannya memasuki Makkah, ada seseorang yang menatap Nabi dengan wajah penuh ketakutan. Namun, begitu Nabi melihatnya, beliau bersabda, "Janganlah engkau takut, aku adalah seorang anak perempuan Quraisy yang dulu makan dendeng di Makkah."

Dalam saat-saat kemenangan, Rasulullah SAW memilih untuk merangkul orang-orang yang sebelumnya telah berbuat jahat terhadap dirinya dan umatnya. Beliau bertanya kepada penduduk Makkah, "Apa menurut kalian yang akan aku katakan dan lakukan?"

Mereka menjawab dengan penuh harapan, "Engkau adalah saudara kami yang pemurah dan putra paman kami yang penyayang."

Dengan tulus, Rasulullah SAW kemudian menjawab, "Aku akan bertindak sebagaimana yang dilakukan oleh saudaraku, Nabi Yusuf."

Seperti yang tercatat dalam Alquran, Nabi Yusuf pun pada akhirnya mengungkapkan identitasnya kepada saudara-saudaranya di istana Mesir. Meskipun mereka telah melakukan kejahatan dengan membuangnya ke dalam sumur dan menjauhkannya dari ayahnya yang tercinta, Nabi Ya'qub AS, Nabi Yusuf memilih untuk memaafkan mereka.

Dengan mendengar pernyataan Rasulullah SAW, hati orang-orang Makkah menjadi lega. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan rasa sukacita yang mendalam. Rasa gelisah dan kekhawatiran pun lenyap, dan yang mengejutkan, mereka semua kemudian memeluk agama Islam.

Salah satu sifat mulia yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah memaafkan. Cara kita dapat mengikuti teladan beliau dalam hal memaafkan antara lain :

  1. Introspeksi Diri: Tahapan pertama dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam memaafkan adalah dengan melakukan introspeksi diri. Ini melibatkan refleksi yang dalam terhadap perasaan kita terhadap orang lain. Kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah kita masih menyimpan dendam atau perasaan negatif terhadap orang lain yang pernah menyakiti atau melakukan kesalahan kepada kita. Jika ada, langkah selanjutnya adalah berusaha keras untuk memaafkan dan melepaskan perasaan tersebut. Introspeksi ini membantu kita untuk memahami dan mengelola perasaan kita dengan lebih baik.
  2. Pahami Makna Memaafkan: Memaafkan bukan sekadar tindakan kosong atau mengabaikan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Lebih dari itu, memaafkan merupakan sebuah tindakan bijaksana yang membebaskan diri kita dari beban hati yang berat dan penuh dengan dendam. Dengan memaafkan, kita memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berubah dan memperbaiki diri. Penting untuk memahami bahwa memaafkan tidak berarti meremehkan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi merupakan langkah yang bijaksana untuk menciptakan kedamaian dalam hubungan dan menjaga kesehatan mental kita.
  3. Berdoa: Salah satu contoh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam memaafkan adalah dengan selalu berdoa untuk orang-orang yang pernah menyakitinya. Kita juga dapat mengikuti teladan ini dengan berdoa kepada Allah SWT agar memberikan hidayah kepada orang-orang yang telah berbuat salah kepada kita. Berdoa adalah cara untuk menenangkan hati kita sendiri, menguatkan tekad untuk memaafkan, dan membuka pintu untuk terciptanya perdamaian dalam hubungan kita dengan orang lain.
  4. Bersikap Baik: Langkah terakhir dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam hal memaafkan adalah dengan bersikap baik kepada orang-orang yang pernah menyakiti kita. Daripada membalas dendam dengan dendam, kita diwajibkan untuk menjaga hati yang lapang dan memberikan perlakuan yang baik serta hormat kepada mereka. Sikap ini mencerminkan kedermawanan hati dan ketulusan dalam menjalani ajaran Islam, serta dapat membantu memperbaiki hubungan yang terganggu akibat konflik atau kesalahpahaman.

Di momen yang penuh berkah ini, marilah kita bersyukur atas nikmat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menyelesaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Semoga segala amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT dan membawa berkah serta kebahagiaan bagi kita semua.

Mari kita jaga semangat kebersamaan, saling maaf-memaafkan, dan mempererat tali silaturahmi di antara kita. Semoga hari yang fitri ini membawa kedamaian, kebahagiaan, dan keberkahan bagi keluarga, teman-teman, dan seluruh umat Islam.

Mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan dan khilaf yang pernah terjadi. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk terus meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada-Nya. Selamat merayakan Idul Fitri 1445 H, Mohon maaf lahir dan batin. Taqabbalallahu minna wa minkum.

Bumiayu, 11 April 2024

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Suwardi
AUTHOR
15 April 2024 pukul 21.59 delete

Luar biasa selamat berjuang untuk kemajuan pendidikan bangsa Indonesia yang tercinta.Tidak lupa selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin.

Reply
avatar

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon