Kemarin saya mengunjungi
rumah Mas Aris. Sudah lima tahun berlalu sejak Ibunya yang tercinta memberikan
izin untuk kami menggunakan halaman rumah mereka sebagai tempat parkir bagi
para guru SMKN Satu Atap Tuntang. Saat saya tiba di rumah Mas Aris, saya merasa
terkesan dengan perubahan yang terjadi di sekitar rumahnya.
Mas Aris pun bercerita
tentang perubahan-perubahan lainnya yang terjadi dalam hidupnya. Dia merasa terinspirasi
oleh upaya kami dalam membangun SMKN Satu Atap Tuntang, yang memotivasi dia
untuk melakukan perubahan positif dalam hidupnya. Cerita Mas Aris mengingatkan
saya ketika pertama kali datang ke SMKN Satu Atap Tuntang.
Saat pertama kali tiba di
SMKN Satu Atap Tuntang, perasaanku campur aduk. Aku merasa gugup dan takut,
sekaligus terkesan dengan lingkungan yang baru dan asing bagiku. Penulis merasa
seperti berada di tengah-tengah hutan yang belum pernah kujelajahi sebelumnya.
Sekolah ini terlihat jauh
berbeda dari sekolah-sekolah yang pernah aku kunjungi sebelumnya. Saat aku tiba
di sekolah ini, pandangan pertamaku adalah kebingungan. Bangunannya terlihat
kusam dan tidak terawat, dan aku merasa sedikit terkejut dengan hal ini.
Terdapat sedikit kelas, dan tidak ada akses jalan masuk yang jelas. Aku juga
tidak bisa menemukan ruang kepala sekolah yang seharusnya menjadi pusat
aktivitas utama di sekolah. Ruang guru juga sangat sempit, dan aku merasa
sedikit tidak nyaman dengan keterbatasan ruang yang ada.
Tapi di tengah semua
perasaan campur aduk tersebut, ada juga kegembiraan dan antusiasme yang
menyelimuti diriku. Aku bersemangat untuk memulai petualangan baruku di sekolah
ini, menghadapi tantangan dan memperluas wawasan serta keterampilanku. Seperti
di dalam hutan yang menakutkan namun juga menawarkan kemungkinan petualangan
yang tak terbatas, aku merasa siap untuk menjelajahi lingkungan baru ini dan
menemukan jati diriku di tengah semua kebingungan dan ketidakpastian.
Aku mulai melihat potensi
yang ada di sekolah ini. Meskipun bangunannya kusam dan kelasnya sedikit,
tetapi guru-guru di sekolah ini tampak sangat berdedikasi dan peduli terhadap
siswanya. Mereka mengajar dengan penuh semangat dan memberikan perhatian
pribadi kepada setiap siswa.
Sekolah ini juga terletak di
lingkungan yang indah, dengan pemandangan hijau yang menyejukkan dan memberikan
rasa tenang. Meskipun terdapat keterbatasan fisik, sekolah ini memberikan
peluang untuk merangkul nilai-nilai seperti kreativitas dan inovasi dalam
pendidikan.
Bagi penulis sekolah ini
dapat dianggap sebagai wilayah yang belum dijelajahi dengan potensi yang belum
terungkap. Meskipun terlihat jauh berbeda dari sekolah-sekolah yang pernah aku
kunjungi sebelumnya, aku merasa optimis bahwa sekolah ini memiliki banyak hal
untuk ditawarkan, dan aku merasa siap untuk menjelajahinya.
Membangun SMKN Satu Atap
Tuntang adalah sebuah tantangan yang besar, dan membutuhkan keberanian serta
kemampuan untuk mengambil risiko dalam hidup. Hal ini membutuhkan keberanian
untuk keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan yang tidak pasti.
Pada awalnya, banyak orang
yang meragukan SMKN Satu Atap Tuntang dengan keterbatasan yang ada mampu
menjadi sekolah rujukan. Namun, dengan keberanian dan tekad yang kuat, penulis memutuskan
untuk mengambil risiko dan memulai proyek membangun sekolah ini.
Penulis menghadapi berbagai
rintangan dalam proses pembangunan, mulai dari mencari murid, mencari dana
untuk mengembangkan sekolah dan mengenalkan sekolah kepada masyarakat. Namun,
dengan kemampuan untuk mengambil risiko dan berani menghadapi tantangan yang
muncul, penulis dan teman-teman guru terus bergerak maju.
Dalam menghadapi rintangan
ini, penulis berusaha untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sekitar, memperjuangkan
visi dengan berani dan tanpa rasa takut, dan akhirnya berhasil mendapatkan
dukungan dari masyarakat serta berbagai pihak terkait.
Dengan keberanian dan
kemampuan untuk mengambil risiko, penulis berhasil membangun SMKN Satu Atap
Tuntang yang menjadi sebuah harapan bagi anak-anak di wilayah tersebut untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Warga SMKN Satu Atap Tuntang telah
menunjukkan bahwa dengan keberanian dan tekad yang kuat, kita dapat mencapai
tujuan yang kita impikan dan mengubah hidup orang lain.
Ini mengingatkan bahwa kita
harus berani untuk memimpikan sesuatu yang besar dan siap mengambil risiko
untuk mewujudkannya. Hanya dengan mengambil risiko dan memperjuangkan apa yang
kita yakini, kita dapat mencapai hal-hal besar dan mengubah dunia di sekitar
kita.
Membangun SMKN Satu Atap
Tuntang adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan kesulitan dan
penderitaan. Namun, dalam proses tersebut, penulis menemukan kekuatan baru
dalam diri yang sebelumnya tidak pernah terungkap. Kami dihadapkan pada banyak
rintangan, seperti kekurangan dana, keterbatasan sumber daya manusia, dan
masalah infrastruktur. Tetapi kami tidak menyerah dan terus mencoba mencari
solusi yang tepat untuk setiap masalah yang muncul.
Penulis menghadapi banyak
rintangan, tetapi terus melangkah maju, mencari cara untuk mengatasi setiap
hambatan. Kami membangun hubungan yang kuat dengan sekolah di sekitar dan
bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah untuk
memperbaiki situasi. Kami memperluas jaringan sosial kami dan terus belajar
dari pengalaman kami. Melalui semua itu, kami belajar bahwa kekuatan sejati
datang dari dalam, dan bahwa kita dapat bangkit dari penderitaan untuk menjadi
lebih kuat dan lebih baik.
Ketika pertama kali memimpin
pembangunan SMKN Satu Atap Tuntang, saya sadar bahwa saya harus mempersiapkan
diri untuk menghadapi segala kemungkinan, termasuk kegagalan dan kesalahan yang
mungkin terjadi selama proses tersebut. Saya menyadari bahwa untuk berhasil,
saya harus mampu berintrospeksi dan mengenali kelemahan-kelemahan yang ada
dalam diri saya, dan menghadapinya dengan jujur dan berani.
Saat proses pembangunan
berlangsung, penulis mengalami berbagai kesulitan yang membuat saya merasa
putus asa. Namun, saya tidak menyerah, saya berusaha untuk bangkit kembali dan
mencari solusi-solusi yang kreatif untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui
proses tersebut, saya belajar untuk menerima kegagalan dan kelemahan saya, dan
menggunakan pengalaman tersebut untuk tumbuh dan berkembang.
Saat ini, SMKN Satu Atap
Tuntang telah menjadi sekolah yang sukses, dan saya yakin bahwa keberhasilan
tersebut tidak mungkin tercapai tanpa proses transformasi yang kami alami. Kami
telah belajar untuk bangkit dan berjuang dalam menghadapi kesulitan, dan saya
merasa bahwa pengalaman tersebut telah memberikan kekuatan baru bagi kami. Kami
belajar untuk mengambil risiko, membangun keberanian, dan menghadapi kelemahan
dan kegagalan, sehingga kami dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu dan
sebagai sebuah tim yang solid.
Bagaimana saya membangun SMKN
Satu Atap Tuntang bisa dibaca di buku terbaru saya Membangun Sekolah Rintisan
Menjadi Sekolah Rujukan Seri Kedua.
Tunggu launching bukunya.
Penulis : Ardan Sirodjuddin,
Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Rintisan Menjadi
Sekolah Rujukan.
Sign up here with your email
1 komentar:
Write komentarSaya membaca tulisan pak Ardan, seperti saya bercermin pada kondisi yang saya alami. Kondisi sekolah saat awal saya bertugas 90% mirip konsisi sekolah pak Ardan. Saya terinspirasi untuk menuliskannya dalam blog atau apapun itu. Terimaksih pak Ardan sudah berbagi, saya merasa tidak berjuang sendirian.
ReplyTerimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon