Membangun Sekolah dengan Berpikir Lateral




Tiga puluh empat hari menuju tepat dua tahun saya menjadi nakoda SMKN 1 Tuntang. Sesuai SK Gubernur saya menempati pos kepala sekolah tertanggal 27 Desember 2017. Sebetulnya tidak hanya menjadi kepala sekolah karena jabatan lain juga saya emban seperti kepala tata usaha. Alhasil saya sendirian mengelola satu-satunya sekolah kejuruan di kecamatan Tuntang.
Menjadi kepala sekolah baru dengan kondisi lapangan yang luar biasa memaksa saya untuk belajar dan belajar. Belajar tugas pokok dan fungsi kepala sekolah selaku manajer, supervisor dan enterpreneur. Belajar tentang komunikasi yang efektif. Belajar tentang manajemen mengelola sekolah. Luar biasa bukan?
Tantangan yang luar biasa dalam membawa kemajuan sekolah memaksa saya berpikir Lateral. Dalam buku “Berpikir Lateral” oleh Edward de Bono, berpikir lateral adalah cara berpikir yang berusaha mencari solusi untuk masalah terselesaikan melalui metode yang tidak umum, atau sebuah cara yang biasanya akan diabaikan oleh pemikiran logis.
Edward De Bono membedakan cara berpikir ini dari berpikir vertikal. Berpikir vertikal adalah cara berpikir yang tradisional atau logis. Berpikir vertikal melihat solusi melalui pandangan yang wajar dari masalah atau situasi dan bekerja melalui itu, umumnya dalam jalur yang paling biasa terpilih (umum). Di sisi lain, berpikir lateral menunjukkan bahwa pemecah masalah dengan cara mengeksplorasi berbagai pendekatan solusi yang menantang, bukan sekedar menerima solusi umum yang tampaknya paling potensial. Dalam hal ini Edward De Bono sendiri tidak bertentangan dengan pemikiran vertikal, ia melihat berpikir lateral sebagai proses yang melengkapi sehingga membuat solusi lain lebih kreatif.
Perbedaan antara berpikir lateral dan berpikir vertikal dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain alternatif (memikirkan banyak cara di luar pendekatan yang jelas), nonsequentiality (melompat keluar dari kerangka referensi atau bekerja dari beberapa titik dan menghubungkan mereka bersama-sama), proses seleksi (berpikir di luar perkembangan logis ke jalur yang mungkin tampak salah) dan perhatian (pergeseran dalam fokus perhatian langsung).
Berpikir lateral (Lateral thinking) sering digunakan untuk memecahkan masalah dengan pendekatan yang berbeda.  Tidak seperti pendekatan berpikir vertikal, yang memecahkan masalah dengan berpikir logis dan  selalu benar setiap langkah, lateral thinking menggunakan pendekatan yang sama sekali baru. 
Penyelesaian permasalahan di sekolah dengan berpikir lateral mulai memperoleh hasil. Progres kemajuan sekolah semakin hari semakin bagus. Ada yang tertarik belajar berpikir lateral?

Roemani, 23 Nopember 2019.
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
24 November 2019 pukul 18.55 delete

Pak Ardan selalu Inspiratif, kreatif dan inovatif

Reply
avatar

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon