Mengukur Tingkat Kepuasan Kerja Guru





Hujan mulai mengguyur tanah sekolah. Ini bisa jadi anugerah sekaligus musibah. Anugerah karena kedamaian muncul seiring dinginnya air hujan menerpa tubuh. Tetapi juga musibah karena turunnya hujan menghambat pekerjaan pembangunan fisik sekolah. Sesuai target waktu yang ditetapkan, semua bantuan ke sekolah harus selesai pada bulan Desember 2019. Sudah pasti pengerjaan akan dikebut seperti pembalap yang memacu kendaraannya secara maksimal menuju finish.
Kondisi ini memaksa saya selaku pimpinan memutar otak lebih keras agar semua berjalan on track. Di samping itu juga kerjasama yang baik dari segala unsur dan elemen sekolah. Keberhasilan sekolah dalam memberdayakan segala unsur dan elemen yang ada dipengaruhi oleh seorang pemimpin di sekolah yakni kepala sekolah. Keberhasilan kepala sekolah adalah keberhasilan bawahan (guru, staf, kebersihan dan lain-lain) dan keberhasilan bawahan adalah keberhasilan kepala sekolah.
Salah satu hal yang urgen dalam mengempowering guru adalah tingkat kepuasan kerja. Terdapat banyak cara untuk mengukur kepuasan kerja karyawan dalam suatu organisasi/perusahaan baik besar maupun kecil. Paling tidak terdapat empat cara yang dapat dipakai untuk mengukur kepusan kerja, yaitu (1) rating scale, (2) critical incidents, (3) interviews dan (4) action tendencie.
Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan Rating Scale antara lain (1) Minnessota Satisfaction Questionare, (2) Job Descriptive Index, dan (3) Porter Need Satisfaction Questionare. Apa itu Minnesota Satisfaction Questionare? Minnesota Satisfaction Questionare (MSQ) adalah suatu instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang demikian rupa yang di dalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang terkategorikan dalam unsur kepuasan dan unsur ketidakpuasan. Skala MSQ mengukur berbagai aspek pekerjaan yang dirasakan sangat memuaskan, memuaskan, tidak dapat memutuskan, tidak memuaskan dan sangat tidak memuaskan. Karyawan diminta memilih satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi pekerjaannya.
Yang kedua adalah Job descriptive index. Job descriptive index adalah suatu instrumen pengukur kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Kendall, dan Hulin. Dengan instrumen ini dapat diketahui secara luas bagaimana sikap karyawan terhadap komponen-komponen dari pekerjaan itu. Variabel yang diukur adalah pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, supervisi dan mitra kerja.
Alat ukur yang ketiga adalah Critical Incidents. Critical Incidents dikembangakan oleh Frederick Herzberg. Dia menggunakan teknik ini dalam penelitiannya tentang teori motivasi dua faktor. Dalam penelitiannya tersebut dia mengajukan pertanyaan kepada para karyawan tentang faktor-faktor apa yang saja yang membuat mereka puas dan tidak
puas.
Di samping Rating Scale, bisa juga digunakan Interview. Untuk mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan wawancara yang dilakukan terhadap para karyawan secara individu. Dengan metode ini dapat diketahui secara mendalam mengenai bagaimana sikap karyawan terhadap berbagai aspek pekerjaan.
Dari kedua tersebut, saya lebih suka menggunakan interview. Dari komunikasi dua arah secara individual, saya bisa mendapatkan data kepuasan kerja dari guru dan staf. Data kepuasan kerja ini penting karena bisa menjadi dasar melakukan evaluasi terhadap pendekatan kepala sekolah kepada bawahannya.

Bumi Pucanggading, 23 Nopember 2019, sebuah 
Catatan CEO SMKN 1 Tuntang
Previous
Next Post »

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon