Menulis Bukan Sekedar Naik Pangkat



Jumlah guru PNS bergolongan IVb ke atas di tiap kabupaten dapat dihitung dengan jari. Sebelum bergolongan IVa, mereka naik pangkat lancar-lancar saja. Namun ketika sudah di IVa, bertahun-tahun tidak naik pangkat lagi.
Banyak guru PNS bergolongan IVa kesulitan naik pangkat ke golongan IVb. Kewajiban adanya angka kredit yang diperoleh dari kegiatan pengembangan profesi dianggap memberatkan guru. Hal ini berlangsung selama Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1993 tentang jabatan fungsional dan angka kreditnya masih digunakan. 
Salah satu kegiatan pengembangan profesi adalah karya tulis ilmiah (KTI) di bidang pendidikan diantaranya penelitian. Guru tidak segera beranjak melakukan penelitian. Mereka mengeluh dan berharap aturan tersebut berubah menjadi lebih mudah. 
Alih-alih terwujud, pemerintah justru mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Dalam peraturan tersebut, guru mulai golongan IIIb untuk dapat naik pangkat harus memiliki angka kredit Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif (PIKI).  Bahkan mereka yang ingin naik dari IIId untuk dapat naik ke IVa wajib memiliki angka kredit dari penelitian.
Menulis
Menurut Arif Ediyanto, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah jenis penelitian paling mudah dan memungkinkan yang dapat dilakukan guru. PTK tidak menggunakan statistik njlimet berbeda dengan jenis penelitian lainnya. Cukup dengan menggunakan rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah dan prosentase. 
Permasalahan yang diangkat di PTK juga masalah-masalah yang terjadi di kelas. Kelemahan guru dalam proses pembelajaran adalah kurangnya kesediaan untuk menulis apa yang dilakukan dan melakukan apa yang ditulis. Semua yang terjadi di dalam kelas sebaiknya ditulis runut sehingga guru dapat mengevaluasi pembelajaran selanjutnya. Guru juga bisa memanfaatkan HP untuk merekam proses pembelajaran.
Guru juga seorang sarjana yang sebelumnya pernah membuat penelitian saat menyusun skripsi. Artinya PTK menjadi sesuatu tidak sulit. Asalkan mau untuk memanfaatkan waktu luangnya untuk menulis. Namun sayangnya seperti apa yang dikemukakan Ardan Sirodjuddin, budaya guru dalam kegiatan menulis rendah. 
Ada karya tulis lain yang berpeluang memperoleh angka kredit yaitu menulis artikel ilmiah populer di media massa (opini) tentang pendidikan. Lagi-lagi, tuntutan guru agar bisa naik pangkat adalah menulis. Sehingga tak ada kata lain, mulai sekarang guru harus bangun dari kenyamanannya, segera menulis. 
Jika belum memiliki kemampuan, guru dapat mengikuti berbagai pelatihan penulisan, sharing dengan guru lain yang cakap menulis, sering membaca opini di media massa, makalah, laporan penelitian dan buku-buku yang bermutu serta jangan ragu untuk menulis, tuliskan apa saja yang ada di pikiran kita menjadi sederetan kalimat.
Menurut Frank Laurence Lucas : One learns to write by reading good book, as one learns to talk by learning good talkers atau Seseorang belajar menulis dengan membaca buku-buku yang baik seperti halnya dia belajar bicara dengan mendengarkan pembicara yang baik.
Bukan Sekedar Naik Pangkat
Tujuan utama menulis sebaiknya bukan semata-mata untuk mengejar pangkat/golongan. Menulis untuk mengekspresikan idealisme dan pemikiran kita agar dapat dibaca, bermanfaat bagi pembaca dan mendapat tanggapan dari orang lain. Melalui menulis, guru dapat menyalurkan hobi, bakat, ide dan mempertajam kemampuan analisis serta kemampuan menulis itu sendiri. Terlebih PTK, tujuan yang dilakukan adalah memperbaiki/meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Jadi yang menjadi domain adalah motivasi intrinsik guru yang mempunyai motivasi dan kesadaran betapa pentingnya menulis. Sedangkan fungsi menulis sebagai jalan untuk naik pangkat/golongan adalah akibat/hasil dari menulis dan tidak menjadi tujuan utama.
Tindakan yang mengabaikan motivasi intrinsik dan mengedepankan motivasi ekstrinsik, menjadikan tulisan untuk tujuan utama naik pangkat, berdampak pada rendahnya jumlah guru yang menulis.
Malah dampak mengerikan adalah adanya tulisan-tulisan instan yang dapat dipesan sesuai permintaan berupa tulisan opini, makalah atau PTK. Ketidakorisinal karya akan melahirkan bias kompetensi profesional, kompetensi paedagogis dan kompetensi kepribadian guru.
Apa jadinya jika laporan PTK dibuat berdasarkan pesanan. Tidak ada lagi keinginan guru untuk berintrospeksi dan mereview proses pembelajarannya di kelas dan tidak muncul hasrat untuk mengembangkan pembelajaran yang tepat bagi siswanya.

Ditulis oleh :
Arie Susanto, S.Pd
Guru SMA 1 Rowosari  Kab Kendal
Alumni Kelas Menulis Angkatan I Pusat Pelatihan Guru

Previous
Next Post »

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon