Pembelajaran Nggak Garing Berkat Ice Breaking



“Selamat pagi anak-anak! Sebelum memulai materi tentang musyawarah, Ibu akan bercerita tentang negera penuh rapat. Indonesia adalah negara yang sering mengadakan rapat.  Saat pemerintah menentukan UU, kenaikan BBM, dan kurikulum 2013, mereka harus rapat. Semuanya harus dirapatkan, baik lambat atau cepat, lama atau singkat. Sampai-sampai, menutup botol minuman pun harus rapat.”
“Kok, bisa. Menutup botol kan tingggal tutup aja. Ngapain perlu dirapatkan?” tanya siswa.. “Ya… iyalah, kalau tidak rapat nanti air minumnya tumpah,” jawab penulis sambil mempraktikkan cara menutup botol  dengan rapat. Mendengar itu, spontan siswa tertawa. Apalagi melihat siswa lain yang maju ke depan sampil membalikkan botol, “O…, tidak tumpah ya.” Itulah salah satu contoh ice breaking yang bikin pembelajaran tidak garing. 
Ice breaking juga bisa dijumpai dalam acara seminar dan training. Ice breaker atau pembicara biasanya memberi ice breaking untuk menfokuskan kembali ceramah atau seminar yang disampaikan. Terlebih saat audience sudah tidak fokus pada materi yang sedang disampaikan. Ice breaking juga dimanfaatkan trainer sebagai energizer agar audience terbakar semangatnya untuk mengikuti kegiatan seminar. Guru pun juga bisa memanfaatkannya.
Ice breaking bisa dilakukan di awal, tengah atau akhir pembelajaran. Ice breaking di awal pembelajaran berfungsi untuk memikat siswa pada materi pelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Kondisi tersebut akan mengarahkan otak berada pada gelombang alfa. Dalam keadaan seperti itu otak akan mudah menyerap pelajaran. 
Konsentrasi siswa pada pelajaran rata-rata 15 menit. Setelah itu siswa akan mulai menampakkan tanda-tanda jenuh. Siswa akan berbicara dengan teman sebangkunya, siswa mengetuk-ngetuk meja, memainkan pulpen, atau bercanda dengan teman sebelahnya. Untuk membangun kembali suasana yang santai dan menyenangkan, guru perlu melakukan ice breaking di tengah pembelajaran. 
Contoh ice breaking di tengah pembelajaran yaitu senam otak, tepuk semangat, fun game, dan bernyanyi. Agar lebih sukses melakukan ice breaking, guru harus melepas sikap jaim (jaga image). Ketika guru menyuruh siswa menggerakkan badan dengan diiringi musik, guru harus heboh menggerakkan badan. Ketika menyuruh tepuk semangat, guru harus lebih semangat. Ketika menyuruh siswa menyanyikan lagu “Cicak-cicak di Dinding” yang huruf vokalnya diganti “o”, maka guru harus menyanyikan dengan lantang tanpa ragu-ragu, “Cocok-cocok do dondong, doom-doom meroyop,  dotong sookor nyomok, hop lolo dotongkop.”
Pun di akhir pembelajaran. Ice breaking penting dilakukan untuk menjaga kestabilan siswa pada materi pelajaran. Terlebih saat jam pelajaran terakhir.  Biasanya siswa tidak konsentrasi pada materi pelajaran. Siswa terlihat letih, jenuh, dan bosan. Suasana pembelajaranpun tidak kondusif. Parahnya, guru tetap melanjutkan materi walau siswa ramai. Terkadang, guru juga berteriak menyuruh siswa diam dan memperhatikan pelajaran. Hal tersebut kurang tepat karena merusak mental siswa. Dampaknya siswa tidak bisa menangkap pelajaran, nilainya jelek, dan membenci mata pelajaran tersebut.
Untuk itulah ice breaking dilakukan guna memecah kejenuhan dengan pertanyaan aneh atau teka-teki. Hewan apakah yang bersaudara? (katak beradik). Ada ayam jago ekornya di belakang kandang, kepalanya di depan kadang, kakinya di luar kandang, di mana telurnya? (mana ada ayam jantan bertelur). Ada ayam yang bertelur di atas rumah, di pinggir jalan, di kebun, di jalan raya, nah, ayam apa yang bertelurnya di mana-mana? (ya, ayam betinalah, mana ada ayam jantan yang bisa bertelur). Hewan apa yang paling sehat? (belalang dan kupu-kupu karena siang makan nasi kalau malam minum susu).
Beda kelas, beda aktivitas, beda ice breakingnya. Untuk kelas 1 tidak cocok jika diberi ice breaking cerita yang membutuhkan pemahanan lebih tajam. Kelas kecil lebih cocok ice breaking berupa senam otak. Guru membunyikan musik senam otak dan memberi contoh gerakan. Selain senam otak atau gerak tubuh, siswa kelas kecil juga suka dengan kreasi tepuk semangat, game asyik, dan video lucu.
Di depan siswa, guru ibarat artis yang sedang konser. Siswa akan fokus pada materi yang disampaikan guru tanpa merasa jenuh yang berkepanjangan. Sedikit jenuh pada siswa akan diatasi dengan ice breaking oleh guru. Pelajaran pun mudah terserap oleh siswa. Artinya, guru tidak hanya membutuhkan RPP, silabus, media tetapi juga kemampuan ice breaking. Dengan ice breaking, pembelajaran tidak pernah garing. Cobalah!

Ditulis oleh :
Samsiati Uhibbukafillah
Guru SDIT Bina Amal Semarang
Alumni Kelas Menulis Angkatan I Pusat Pelatihan Guru

Previous
Next Post »

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon