Silaturahmi SMKN Satu Atap Tuntang ke Rumah Pengawas yang Sudah Purna |
Saat menulis catatan ini jam
menunjukkan pukul 02.30 dini hari saat memasuki puasa ke 7 di Bulan Ramadhan.
Irama puasa dengan ada sahur menjadikan saya punya waktu luang yang banyak
untuk menulis. Sebuah anugerah yang hanya terjadi setahun sekali. Ditambah
waktu yang longgar karena jam berangkat sekolah lebih siang dibanding hari di
bulan selain Ramadhan. Catatan ini merupakan
bagian dari konten buku saya yang ketiga yaitu Menciptakan Kebahagiaan
di Sekolah.
Sudah bisa dipastikan bahwa
di setiap sekolah terdapat guru dan karyawan dengan berbagai tipe kepribadian
yang berbeda-beda. Ada teman kita yang selalu tepat waktu dan mematuhi semua
peraturan sekolah dengan disiplin. Ia selalu siap dengan pelajaran yang akan
diajarkan dan memiliki standar tinggi dalam mengajar. Para siswa sangat
menghargai dan menghormati dia karena kekonsistenan dan ketelitian yang
dimilikinya.
Di sisi lain, ada teman kita
yang tidak suka diikat oleh aturan dan sering menciptakan suasana yang santai
dan kreatif di sekolah. Ia suka mengubah tata letak ruangan dan sering membawa
ide-ide baru untuk meningkatkan semangat siswa dan karyawan.
Kemudian ada juga teman kita
yang selalu mempertanyakan dan
menganalisis setiap keputusan yang diambil oleh sekolah. Ia sangat tertarik
pada inovasi dan senang mencari tahu cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Guru ini juga sangat membuka diri terhadap masukan dan pendapat
dari siswa dan karyawan lainnya.
Dan ada juga teman kita yang sangat peduli pada kebutuhan dan harapan
orang lain, termasuk para siswa, guru, dan karyawan lainnya. Ia selalu siap
membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan, bahkan jika itu berarti harus
bekerja lembur atau meluangkan waktu di luar jam kerjanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
setiap sekolah memiliki guru dan karyawan dengan tipe kepribadian yang
berbeda-beda. Dalam sebuah organisasi, perbedaan antara individu-individu yang
terlibat dalam organisasi adalah hal yang sangat wajar. Setiap orang memiliki
latar belakang, pengalaman, dan tipe kepribadian yang berbeda-beda, sehingga
hal ini dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, bertindak, dan berinteraksi
dengan orang lain di dalam organisasi.
Perbedaan antara
individu-individu dalam sebuah organisasi dapat berasal dari berbagai aspek,
seperti perbedaan dalam cara berpikir, cara bekerja, cara berkomunikasi, dan
lain sebagainya. Terkadang, perbedaan ini dapat memunculkan perbedaan pendapat
dan pandangan antara individu-individu tersebut, sehingga dapat menyebabkan
konflik di dalam organisasi.
Namun, sebenarnya perbedaan
adalah hal yang wajar dan dapat memberikan nilai tambah bagi sebuah organisasi.
Dengan adanya perbedaan, maka organisasi dapat memiliki sudut pandang yang
beragam dan dapat melihat suatu masalah atau situasi dari berbagai perspektif
yang berbeda. Dengan begitu, organisasi dapat memperoleh solusi yang lebih
kreatif dan inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan.
Selain itu, perbedaan juga
dapat memperkaya pengalaman dan keterampilan yang dimiliki oleh
individu-individu di dalam organisasi. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, sehingga dengan adanya perbedaan, maka organisasi dapat
memanfaatkan kelebihan dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing
individu untuk mencapai tujuan organisasi secara lebih efektif dan efisien.
Untuk kita yang melanjutkan
studi di program pasca sarjana Manajemen Pendidikan, maka salah satu mata
kuliah yang akan kita temui adalah Perilaku Organisasi. Mata kuliah ini akan
membahas tentang bagaimana perilaku individu dalam sebuah organisasi, serta
bagaimana perilaku tersebut dapat mempengaruhi kinerja dan keberhasilan
organisasi secara keseluruhan.
Di dalam mata kuliah ini,
kita akan mempelajari berbagai teori dan konsep mengenai perilaku organisasi,
seperti motivasi, kepemimpinan, komunikasi, konflik, dan lain sebagainya. Kita
juga akan diajarkan cara menerapkan teori dan konsep tersebut dalam situasi
praktis di organisasi.
Mata kuliah Perilaku
Organisasi ini sangat penting bagi kita yang ingin bekerja di bidang manajemen
pendidikan, karena sebagai seorang manajer pendidikan, kita akan bertanggung
jawab dalam mengelola sebuah organisasi pendidikan. Dengan memahami perilaku
individu dalam organisasi, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam
mengelola organisasi pendidikan yang efektif dan efisien.
Selain itu, mata kuliah
Perilaku Organisasi juga dapat membantu kita untuk meningkatkan kemampuan dalam
berinteraksi dengan orang lain di dalam organisasi. Kita akan belajar cara
bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki tipe kepribadian yang
berbeda-beda, serta bagaimana cara mengatasi konflik yang muncul di dalam
organisasi.
Sebetulnya apa itu perilaku
organisasi? Menurut Robbins dan Judge
(2017) mendefinisikan perilaku organisasi sebagai studi tentang bagaimana
individu, kelompok, dan struktur organisasi mempengaruhi perilaku dalam suatu
organisasi. Sementara Kreitner dan Kinicki (2019) mendefinisikan perilaku
organisasi sebagai bidang studi yang mencakup perilaku manusia dalam konteks
organisasi. Bidang ini mencakup bagaimana manusia bekerja di dalam organisasi,
bagaimana organisasi memengaruhi perilaku manusia, dan bagaimana organisasi
dapat diatur untuk mencapai tujuan.
James Hunt dan John Schermerhorn (2018) mendefinisikan perilaku organisasi sebagai studi tentang perilaku individu dan kelompok dalam konteks organisasi. Bidang ini mencakup bagaimana individu berperilaku di dalam organisasi, bagaimana kelompok di dalam organisasi berinteraksi satu sama lain, dan bagaimana organisasi dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari ketiga pendapat di atas
menurut para ahli, perilaku organisasi adalah bidang studi yang mencakup
perilaku manusia dalam konteks organisasi. Bidang ini mencakup berbagai aspek,
seperti motivasi, kepemimpinan, komunikasi, dan pengambilan keputusan. Studi
perilaku organisasi bertujuan untuk memahami dan meningkatkan efektivitas
organisasi dengan cara memperhatikan faktor manusia di dalamnya.
Dari perbedaan kepribadian
guru dan karyawan di sekolah, secara rinci sebetulnya dibagi menjadi empat tipe
kepribadian. Menurut Gretchen Rubin dalam bukunya The Four Tendencies manusia
dibedakan dalam empat tipe kepribadian atau kecenderungan (tendencies). Keempat
tipe tersebut adalah Upholder, Questioner, Obliger dan Rebel.
Upholder adalah salah satu
tipe kepribadian seseorang yang cenderung memenuhi ekspektasi internal dan
eksternal dengan mudah, dan mampu mengatur diri mereka sendiri untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Mereka sangat disiplin, terstruktur, dan
konsisten dalam memenuhi komitmen yang telah dibuat.
Saya beri contoh sebagai
berikut. Sebut saja namanya Ahmad. Dia seorang guru yang sangat teratur dan
disiplin. Dia selalu bangun pada jam yang sama setiap pagi, menjalankan
rutinitas olahraga yang sama setiap hari, dan menyelesaikan tugas-tugas
pekerjaannya dengan tepat waktu.
Sebagai guru, Ahmad sangat
detail dalam memeriksa angka-angka dan data-data secara cermat sebelum membuat
keputusan. Ahmad sangat mandiri dan memotivasi dirinya sendiri untuk mencapai
tujuannya.
Pada suatu hari, saat Ahmad
sedang bekerja di sekolah, kepala sekolahnya memberikan sebuah tugas baru dan
menargetkan untuk menyelesaikan tugas tersebut dalam waktu yang sangat singkat.
Ahmad langsung mengambil inisiatif untuk membagi waktu dan menyelesaikan
tugas-tugasnya dengan tepat waktu.
Ketika rekan kerjanya
meminta bantuan, Ahmad juga tidak ragu untuk membantu dan memberikan
saran-saran yang berguna. Meskipun Ahmad sangat mandiri dan disiplin, dia juga
sangat memperhatikan orang lain dan merespon dengan baik pada ekspektasi
eksternal.
Di waktu luangnya, Ahmad senang melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan dirinya sendiri, seperti belajar bahasa asing atau membaca buku-buku tentang keuangan. Ahmad sangat percaya pada kemampuannya untuk mencapai tujuannya dan memotivasi dirinya untuk terus belajar dan berkembang.
Dalam cerita ini, Ahmad
memiliki tipe kepribadian Upholder. Ahmad memiliki kekuatan dalam disiplin,
mandiri, dan mampu menyelesaikan tugas-tugas dengan tepat waktu. Namun, dia
juga sangat memperhatikan ekspektasi orang lain dan merespon dengan baik pada
permintaan dan kebutuhan mereka.
Kekuatan dari tipe
kepribadian Upholder adalah mereka memiliki integritas yang tinggi, sehingga
mereka dapat diandalkan dan dapat dipercaya dalam memenuhi komitmen mereka.
Mereka juga sangat efektif dalam mengatur waktu dan membuat jadwal, karena
mereka dapat dengan mudah memprioritaskan tugas dan melakukan perencanaan yang
matang.
Namun, kelemahan dari tipe
kepribadian Upholder adalah mereka dapat terjebak dalam rutinitas dan kebiasaan,
sehingga mereka sulit beradaptasi dengan perubahan yang tiba-tiba. Mereka juga
cenderung menjadi perfeksionis, yang bisa menghambat kreativitas dan
fleksibilitas dalam memecahkan masalah. Terakhir, mereka mungkin sulit memahami
orang-orang yang tidak memiliki tingkat disiplin yang sama dengan mereka.
Untuk mengelola tipe
kepribadian Upholder, Gretchen Rubin merekomendasikan agar mereka tetap fokus
pada tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga belajar untuk lebih fleksibel
dan terbuka terhadap perubahan. Mereka juga perlu mengembangkan empati dan
memahami bahwa tidak semua orang memiliki standar yang sama dalam memenuhi
ekspektasi. Selain itu, mereka juga disarankan untuk belajar bersantai dan
mengambil waktu untuk diri sendiri, sehingga mereka tidak terjebak dalam
rutinitas yang terus-menerus.
Tipe kepribadian yang kedua
adalah Questioner. Guru dengan tipe ini cenderung merespon ekspektasi baik
internal maupun eksternal dengan mempertanyakan alasan dan motivasi di balik
permintaan tersebut. Mereka tidak akan menuruti permintaan atau aturan tanpa
alasan yang jelas, dan cenderung memeriksa fakta dan informasi sebelum membuat
keputusan.
Saya beri contoh sebagai
berikut. Di sekolah ada seorang karyawan bernama Budiarti. Dia adalah seorang
yang sangat kritis dan skeptis terhadap apa yang disebut "kebenaran".
Budiarti selalu mempertanyakan segala hal, bahkan kecil-kecil seperti mengapa
warna stopmap berubah-ubah setiap pesan.
Ketika sekolah membuat suatu
program, Budiarti melakukan kajian yang sangat detail dan mengajukan banyak
pertanyaan pada kepala sekolah. Budiarti ingin tahu setiap detail mengenai program
sekolah tersebut sebelum memutuskan untuk ikut menjadi panitia.
Meskipun Budiarti sangat
kritis dan skeptis, dia juga sangat peduli terhadap orang lain dan selalu
memperhatikan kebutuhan mereka. Ketika temannya meminta saran, Budiarti selalu
memberikan pendapat yang terukur dan terinformasi dengan baik.
Di waktu luangnya, Budiarti
senang melakukan kegiatan yang mengasah kemampuan kognitifnya seperti bermain
catur atau menyelesaikan teka-teki. Budiarti sangat percaya bahwa mencari tahu
dan mempertanyakan segala hal adalah kunci untuk menemukan jawaban yang
sebenarnya.
Dalam cerita ini, Budiarti
memiliki tipe kepribadian Questioner. Budiarti memiliki kekuatan dalam kritis
dan skeptis terhadap informasi, serta senang mencari tahu fakta-fakta. Namun, Budiarti
juga sangat memperhatikan kebutuhan orang lain dan memberikan saran-saran yang
terukur dan terinformasi dengan baik.
Kekuatan dari tipe
kepribadian Questioner adalah mereka sangat kritis dan logis dalam
mempertimbangkan situasi dan masalah. Mereka seringkali memiliki pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh tentang topik tertentu karena mereka senang melakukan
penelitian dan memeriksa informasi. Selain itu, tipe kepribadian Questioner
cenderung memiliki motivasi internal yang kuat dan sangat percaya pada
kemampuan mereka sendiri untuk membuat keputusan yang benar.
Namun, kelemahan dari tipe
kepribadian Questioner adalah mereka dapat terlalu terobsesi dengan detail dan
seringkali kesulitan membuat keputusan cepat tanpa melakukan penelitian
terlebih dahulu. Mereka juga mungkin terlalu kritis dan skeptis, dan sulit
mempercayai otoritas atau sumber informasi lainnya. Terakhir, mereka mungkin
kesulitan dalam situasi di mana tidak ada jawaban yang pasti atau di mana
mereka harus mengambil risiko.
Untuk mengelola tipe
kepribadian Questioner, Gretchen Rubin merekomendasikan agar mereka
memperhatikan tujuan dan nilai pribadi mereka dan mempertanyakan alasan dan
motivasi di balik permintaan mereka sendiri. Mereka juga perlu belajar untuk
merenungkan dan memperhatikan kebutuhan orang lain, serta mempertimbangkan
sumber informasi dan otoritas yang dapat dipercaya dalam membuat keputusan.
Terakhir, mereka perlu belajar untuk menemukan keseimbangan antara menganalisis
detail dan membuat keputusan yang cepat dan tepat.
Tipe kepribadian yang ketiga
adalah Obliger. Orang dengan tipe ini
cenderung memprioritaskan memenuhi ekspektasi orang lain daripada ekspektasi
diri sendiri. Mereka memiliki kecenderungan untuk mudah terpengaruh oleh orang
lain dan memenuhi permintaan orang lain, tetapi seringkali kesulitan untuk
memotivasi diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan.
Tunggu kelanjutannya ya untuk tipe ketiga dan keempat.
Notes :
- Nama-nama dalam tulisan di atas adalah rekaan belaka dan tidak tersangkut paut dengan nama seseorang.
- Artikel ini adalah bagian dari konten Buku Menciptakan Kebahagiaan di Sekolah. Buku ketiga karya penulis yang masih dalam proses penyusunan.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Rintisan Menjadi Sekolah Rujukan.
Kabar GembiraSign up here with your email
Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon