Diklat Manajerial Kepala Sekolah BBPPMPV BMTI Cimahi |
Suatu hari, Lukmanul Hakim
pergi ke pasar bersama anaknya dengan menaiki seekor keledai kecil. Lukmanul
Hakim naik di punggung keledai sementara anaknya berjalan di belakangnya dengan
berjalan kaki. Saat mereka tiba di pasar, orang-orang yang melihat mereka
memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu. Beberapa orang berbicara dengan
lantang, mengkritik pilihan Lukmanul Hakim.
"Melihat tingkah laku
Lukmanul Hakim yang tidak bertanggung jawab, dia menaiki keledai sementara
anaknya disuruh berjalan kaki," ucap mereka.
Setelah mendengar gunjingan
orang-orang tersebut, Lukmanul Hakim memutuskan untuk membiarkan anaknya naik
keledai itu dan dia sendiri berjalan kaki. Namun, beberapa orang yang lain
tetap mengkritik, "Hai, kalian lihat Situ ada anak yang kurang ajar. Orang
tuanya disuruh berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki keledai."
Mendengar hal tersebut,
Lukmanul Hakim dan anaknya memutuskan untuk menaiki keledai tersebut
bersama-sama. Namun, sejumlah orang lainnya mulai mengkritik mereka kembali, "Hai
teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor keledai. Kelihatannya
keledai itu sangat tersiksa, kasihan ya."
Akhirnya, Lukmanul Hakim dan
anaknya memutuskan untuk turun dari keledai dan berjalan kaki ke pasar. Namun,
sejumlah orang yang lain terus mengkritik mereka, "Hai, lihat itu. Ada dua
orang berjalan kaki, sedangkan keledai itu tidak dikenderai. Untuk apa mereka
bawa keledai kalau akhirnya tidak dinaiki juga?"
Pernah baca cerita di atas? Kalau
sudah mari kita kaitkan dengan kondisi di sekolah kita. Di dalam lingkungan
sekolah, seringkali terdapat banyak perbedaan pendapat yang muncul antara para
siswa, guru, dan staf. Seperti perbedaan pendapat mengenai penanganan siswa, kebijakan
sekolah, pelaksanaan kegiatan, dll. Terkadang, perbedaan pendapat tersebut
dapat menimbulkan konflik dan menghambat kemajuan sekolah.
Sebagai seorang kepala
sekolah, perlu kita menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar
dan bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah. Namun, kita harus
bisa mengelola perbedaan pendapat tersebut dengan baik agar tidak berdampak
buruk pada kondusifitas sekolah.
Dalam organik manajemen,
kepala sekolah dihadapkan pada sebuah keadaan yang dikenal dengan istilah
pengambilan keputusan. Permasalahan yang muncul segera diambil keputusan untuk
mencari solusinya.
Mari kita pelajari dulu
definisi dari keputusan. Menurut Richard L. Daft, keputusan adalah pemilihan
dari dua atau lebih alternatif yang tersedia. Sementara James Stoner, R. Edward
Freeman, dan Daniel Gilbert mengatakan keputusan adalah pilihan antara dua atau
lebih alternatif yang tersedia. Dan Menurut George R. Terry, keputusan adalah
pemilihan tindakan dari beberapa alternatif yang tersedia.
Secara umum, para ahli
mengartikan keputusan sebagai suatu proses pemilihan atau memilih salah satu
dari dua alternatif atau lebih. Pilihan tersebut dilakukan untuk memecahkan
suatu masalah atau mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Dalam pengambilan keputusan terdapat istilah hakekat dari pengambilan keputusan. Hakekat itu adalah menentukan, mengakhiri, menyelesaikan, dan mengatasi.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang dan Penulis Buku Membangun Sekolah Rintisan Menjadi Sekolah Rujukan
Berita
Pusat Pelatihan Guru akan mengadakan Pelatihan Penulisan Best Practice secara offline dan online pada hari Sabtu, 06 Mei 2023. Peserta akan mendapatkan bonus Buku Membangun Sekolah Rintisan Menjadi Sekolah Rujukan.
Sign up here with your email
Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon