Guru Kutu Loncat

Mungkin terdengar negatif judul tersebut, hal ini dapat dimaklumi karena kata kutu loncat adalah orang yang terbiasa pindah tempat kerja karena menemukan hal yang lebih baik ditepat lain. Seperti seorang Tika Bisono misalnya, ia menjadikan sifat berpindah perusahaan ini sebagai salah satu strateginya dalam berkarir. “Saya selalu melihat semua pekerjaan itu ada aspek psikologinya. Semua hal yang saya geluti selalu baru tetapi tidak kehilangan hubungan dengan psikologi, itu merupakan syarat utama saya. Saya merencanakan ini sebenarnya sejak lulus S1, tahun 1985. Rencana saya adalah saat itu saya masih berusia 24 tahun, saya menghitung enam tahun, hingga usia 30 tahun itu adalah proses belajar di perusahaan sambil berjualan kompetensi. Dan perusahaan yang saya masuki itu harus MNC untuk mengejar relasi di tingkat internasional juga. Usia 30-40 itu harus yang mulai naik, start doing-doing something.” (dikutip dari Human Capital no.10 th 2005).
Selain Tika, ada pula Daniel Rembeth, seorang tokoh periklanan yang mulai menapaki karirnya dari agency ke agency lain, seperti Matari, BBDO, AdWork, kemudian menjabat sebagai Managing Director di TCPTBWA. Kini ia meraih kesuksesannya sebagai pemimpin perusahaan The Jakarta Post.
Dan, contoh lainnya, adalah Budi Hamidjaja. Yaitu pemilik dari bisnis restoran siap saji California Fried Chicken (CFC). Ia memulai karirnya dengan bekerja di Rothmans of Pall Mall Australia, kemudian oleh perusahaan yang sama ia dikirim ke Indonesia menjadi National Sales Training Manager, sebelum akhirnya ia meloncat ke Philip Morris Asia, Inc sebagai Sales Operation Manager hingga menduduki jabatan Field Operation Manager di perusahaan yang sama. Tidak sampai disitu, perjalanan karirnya diteruskan dengan bergabung di PT. Lippoland Development, lalu PT. Putra Surya Perkasa hingga pada akhirnya ia mendirikan PT. Pioneerindo Gourment, Tbk.
Tapi istilah kutu loncat Tika Bisono, dkk sangat berbeda dengan saya karena saya tetap setia dengan pekerjaan yaitu seorang guru. Kutu loncat dalam hal ini adalah mengajar tidak dalam mapel yang sama dengan sarjana. Kebetulan saya lulus S1 Pendidikan Kimia, tetapi saya bereksplorasi mulai dari Fisika, matematika, IPA dan akhirnya terdampar di Komputer. Suatu ketika saya pernah di”marahi” teman-teman fisika karena saya satu-satunya sarjana kimia yang melamar Program Guru Bantu Guru Fisika. Sekian tes saya lewati dan mampu menyisihkan sarjana fisika. Demikian pula ketika saya lolos sebagai CPNS dengan kualifikasi guru kimia. Menghadap kepala sekolah saya diminta mengajar komputer. Meloncat lagi dari guru Fisika menjadi guru komputer. Tantangan kepala sekolah saya jawab dengan kesiapan walaupun setelah itu saya harus banting tulang belajar materi baru. Pelan tapi pasti berhasil saya lewati. Itulah sekelumit pengalaman, semoga bisa memberi pencerahan kepada teman-teman guru yang “galau” dalam menghadapi materi baru yang berbeda dengan basic S1nya.
Previous
Next Post »

Terimakasih Komentar Anda ConversionConversion EmoticonEmoticon